Selasa, 04 Juli 2023

Konflik Pribadi - Kimetsu No Yaiba (Uzui Tengen)

Kata Bijak Anime - Kimetsu No Yaiba : Entertainment District

"Orang yang memendam kontradiksi dan konflik dalam diri adalah orang yang lemah."

( Uzui Tengen )


Kontradiksi dan konflik adalah bagian dari penduduk dalam pikiran kita yang memang sering mondar mandir dan sedikit mengganggu. Biasanya kita tidak bisa punya kendali penuh terhadap suatu kondisi ketika konflik itu berkaitan dengan orang lain atau bisa kita sebut konflik eksternal. Kita hanya bisa memegang kendali terhadap konflik yang terjadi pada diri kita sendiri yang biasa kita sebut konflik internal.

Itupun bukan berarti konflik pribadi lebih mudah untuk diselesaikan atau paling tidak untuk dimengerti. Karena pada kenyataanya pun banyak dari kita sangat amat membutuhkan tutorial atau tips untuk mengendalikan konflik dalam diri yang sejatinya adalah konflik itu berasal dari diri kita sendiri. Apakah ini berarti kita tidak punya kontrol terhadap diri sendiri, yah itu pertanyaan privasi masing-masing.

Yang jelas, konflik dan kontradiksi akan terus ada selama kita hidup, meskipun kita meminta kepada Tuhan untuk menyelesaikan semua konflik yang terjadi saat ini, hal itu tidak menjamin bahwa konflik akan berhenti untuk datang. Karena bagian terpenting dari adanya sebuah konflik itu sendiri bukanlah kapan konflik itu akan selesai, tapi soal bagaimana kita menyikapi konflik itu.

Ucapan dari Uzui Tengen bahwa orang yang memendam konfiik dan kontradiksi adalah orang yang lemah, itu adalah bentuk penegaskan diri dari keputusan yang sudah diambil bahwa ia telah memilih jalannya meskipun bertentangan dengan tradisi yang dianutnya. Apapun konflik dan kontradiksi yang ada dalam diri kita, ya kita harus terima itu sebagai bagian dari kehidupan yang kita jalani. Kita tidak bisa membiarkan hal itu ada terlalu lama dalam diri kita agar tidak mengganggu beberapa aspek dalam kehidupan kita yang berkaitan dengan itu. Dan cara terbaik bagi seorang laki-laki untuk mengatasi hal itu adalah menerimanya sebagai bagian dari proses kehidupan. Memang mudah untuk berkata, tapi mau tidak mau, memang harus terima.

Kita juga mungkin sering mengalami perbedaan prinsip antara diri kita sendiri dengan banyak hal yang ada di sekitar kita. Salah satunya adalah tradisi yang tidak bisa kita setting ulang semau kita. Yah mau tidak mau kita harus menerima segala bentuk ritual yang ada, baik dari hal yang kita suka sampai hal yang tidak kita suka sama sekali atau bahkan tidak sejalan dengan pemikiran kita. 

Yang pada akhirnya kita hanya memiliki dua opsi, memberanikan diri untuk memisahkan diri dari aturan itu atau membiarkan diri terbelenggu dari banyak aturan yang tidak sejalan. Kita mungkin tidak akan pernah tahu, apakah pemikiran kita adalah benar atau bisa jadi malah tradisi yang kita jalani memang sebuah kebenaran. Sampai kita memutuskan untuk mencari tahu, kita hanya akan memendam konflik yang bisa aja tidak akan pernah selesai.

Sulit bagi kita untuk memisahkan diri dan menegaskan bahwa kita memiliki sesuatu yang berbeda dan merasa ini lebih baik setidaknya untuk diri kita sendiri. Mau tidak mau entah sekarang atau nanti kita tetap harus menentukan pilihan kita sendiri. Kita mungkin tidak akan pernah tahu apa yang kita pilih benar atau tidak, tapi setidaknya kita telah memiliki identitas yang jelas untuk mendeskripsikan diri. 

Ada baiknya kita membuka pikiran untuk menerima banyak sudut pandang dan memperluas wawasan untuk meyakinkan diri bahwa apa yang kita pikirkan bukanlah sekedar ketakutan atau kebencian semata. Ketika kita tidak menyukai sesuatu, kemungkinannya bisa jadi itu adalah firasat dari kebenaran atau bisa jadi hanya sekedar ketidaksukaan kita tanpa alasan. 

Yang bisa kita pahami adalah, apapun itu mengenai aturan dan identitas dari sebuah tradisi adalah hasil dari buah pemikiran seseorang yang telah disepakati bersama. Relevansinya terhadap kehidupan bisa jadi fleksibel untuk setiap masa atau mungkin juga tidak. Dan ketidakseuaian itu pasti ada, entah sekarang atau nanti. KIta sebagai generasi baru, berhak mengambil peran untuk upgrade atau mungkin menciptakan sesuatu yang baru yang lebih relevan dengan era sekarang. Dan bagaimanapun kita akan menjadi tua, mungkin kelak kita juga akan mendapat koreksi anak muda mengenai gagasan yang kita patenkan, 

Sabtu, 22 Oktober 2022

Roda Kehidupan - Kimetsu No Yaiba (Kamado Tanjiro)

Kata Bijak Anime - Kamado Tanjiro (Kimetsu No Yaiba)


Kehidupan kami memang tidak mudah, tapi kami bahagia.

Kehidupan itu sama seperti langit, selalu bergerak dan berubah.

Langit tak selalu cerah, juga tak selalu turun salju.

Kemudian saat kebahagiaan hancur, aku selalu mencium aroma kematian


( Kamado Tanjiro - Kimetsu No Yaiba Eps : 1 )

—------

Kita udah sering denger kalimat tentang “hidup itu seperti roda yang berputar”, yang berarti kita punya giliran untuk merasakan bahagia dan menderita, kaya dan miskin, gagal dan berhasil. Tapi apakah kita juga berpikir bahwa durasi untuk keduanya itu tidaklah selalu adil. Atau bisa dibilang, kitalah yang menentukan roda itu harus berputar sekarang atau nanti. Saat roda memposisikan kita ada pada kondisi menderita, jika kita tidak berusaha untuk bahagia maka roda itu mungkin tidak akan berputar. 

Kebahagiaan Si Penderita

Saat kita memberikan uang dengan nominal Rp.50.000 kepada anak Si Miskin dan Si Kaya. Kita bisa bilang ini adalah bentuk sederhana dari keadilan yang merata. Tapi bagaimana reaksi terhadap keduanya, belum tentu akan sama. Anak Si Kaya mungkin akan menganggap pemberian ini adalah hal yang biasa saja. Tapi bagi anak Si Miskin, bisa jadi nominal itu adalah hal yang luar biasa seolah dia bisa membeli semuanya dengan uang itu. 

Kita sering menilai sesuatu berdasarkan penilaian singkat dari apa yang kita pahami dan menjadi asumsi instan, tapi mengabaikan latar belakang dari object penilaian  itu sendiri. Ini membuat kita sering beranggapan bahwa kondisi seseorang yang tidak lebih baik dari kita itu harus kita kasihani. Secara umum yah memang wajar, tapi satu sisi kita sering merasa bahwa mereka itu lebih sering tertawa dan terlihat bahagia jika dibandingkan kita yang bahkan untuk senyum saja sudah sulit dan tidak punya waktu untuk bercanda.

Biasanya kita akan menilai bahwa kemiskinan adalah sumber penderitaan. Tapi kita lupa kalo salah satu senyuman terindah itu ada pada wajah orang bersyukur dengan nikmat Tuhan atas apa yang diberikan. Meskipun kita akan terlihat naif untuk bilang senyuman itu mewakilkan kebahagiaan. Tapi bisa kita simpulkan bahwa kemiskinan hanyalah salah satu faktor yang bisa mempengaruhi kebahagiaan kita, di sisi lain kita lah yang menentukan mau bahagia atau tidak. 

Roda Kehidupan

Kita memang sudah sering mendengar tentang roda kehidupan akan selalu berputar. Suatu saat kita akan berpindah dari satu kondisi ke kondisi lain. Tapi ada hal yang kita benar-benar lupa bahwa roda akan berputar jika kondisinya normal dan memungkinkan untuk bergerak. Sama seperti manusia, kehidupan kita mungkin akan berubah menjadi lebih baik jika kondisi kita memang sudah sewajarnya untuk berubah. Untuk alasan apapun tidak ada istilah melangkah tanpa menggerakkan kaki. Jika kita diam mungkin kehidupan kita pun bisa saja tidak berubah sama sekali. Layaknya roda pada motor yang sedang diparkir.

Banyak dari kita itu berprasangka terlalu apa adanya pada takdir. Padahal takdir itu sendiri berharap adanya roda yang selalu berputar untuk memastikan kehidupan ini berjalan seperti seharusnya. Ada yang lahir dan ada yang mati, ada yang jatuh miskin dan ada yang menjadi kaya. Tapi kondisi di zaman sekarang, kita sebagai manusia sudah mengubah algoritma kehidupan dimana  sistem hidup kita ini sudah tidak normal. Meskipun tidak untuk semua aspek kehidupan.

Langit tak selalu cerah dan tidak selalu turun salju. Bahkan alam pun sudah menyindir kita bahwa hidup itu harus selalu bergerak. Kita tidak bisa berharap selalu turun hujan untuk terus diam di rumah, dan ada waktunya matahari harus terbenam sebagai alarm bahwa kita itu punya waktu untuk istirahat. Kurang lebih seperti ini lah alam memberitahu kepada kita tentang sistem kehidupan. 

Titik Awal Kebencian

Suatu saat, kita akan menyadari bahwa roda itu pun tidak selamanya akan berputar meskipun kita berkehendak untuk bergerak. Ada kalanya roda itu bocor, kempes atau rusak yang membuat kita itu harus berhenti meskipun kita tidak mau. Akan ada masa dimana kita harus memperbaiki roda itu untuk tetap bisa jalan. 

Ya, sama seperti hidup kita yang pasti akan mengalami hal yang tidak kita inginkan. Entah itu, kita sendiri yang mengalami musibah atau kehilangan salah satu keluarga yang kita anggap sangat penting. Kondisi ini lah yang akhirnya membuat kita berhenti sejenak untuk berjalan setidaknya untuk memperbaiki mental yang sedang rapuh. 

Kondisi rapuh ini sering membuat kita membenci banyak hal yang bahkan tidak berkaitan dengan musibah itu sendiri. Umumnya kita akan menghindari keramaian untuk sekedar menenangkan diri sebagai proses penyembuhan mental yang sedang rapuh. Dan memang tidak ada lagi yang bisa kita lakukan selain itu. 

Setidaknya ini akan menjadi gambaran dari makna roda kehidupan. Bahagia itu fana, begitupun juga dengan penderitaan. Rotasi dari keduanya itu tergantung dari bagaimana kita bersikap dengan kondisi apapun. Orang kaya sekalipun, tidak akan merasa bahagia atau bahkan tidak nyaman dengan kondisinya jika salah memiliki sikap dan mental yang tepat. 

Kita bisa beranggapan bahwa kekayaan itu memang bisa diwariskan untuk dinikmati oleh generasi selanjutnya, tapi tidak dengan kebahagiaan. Kita mungkin bisa memahami bagaimana seorang pewaris berjuang, tapi bukan berarti kita bisa melakukan atau mengalami hal yang sama. Setidaknya untuk mau memulai dari 0.



Selasa, 18 Oktober 2022

Rasio Kepribadian - Jujutsu Kaisen (Mahito)

    Kata Bijak Anime - Mahito (Jujutsu Kaisen)


Seperti manusia yang makan, tidur dan berzinah.

Kurasa ini adalah naluri kutukan.

Meski kita memiliki akal sehat, namun bukan alasan untuk melawan naluri kita. Jiwa kita adalah gabungan antara naluri dan akal sehat.

Orang lain tidak berhak mengkritik campuran rasiomu. Tapi aku yakin jiwamu seperti di batasi


( Mahito - Jujutsu Kaisen Eps : 19 )

—------

Kita sebagai manusia memiliki pengalaman yang unik dengan berbagai macam budaya dan lingkungan yang berbeda. Baik persepsi, opini dan perspektif yang kita punya pun akan berbeda satu sama lain berdasarkan bagaimana kita tumbuh di lingkungan tersebut. Tapi dibalik perbedaan itu, kita memiliki naluri yang sama sebagai manusia. 

Naluri dan Akal Sehat

Kita menjumpai banyak orang dari berbagai tempat dan menyadari bahwa manusia itu unik dengan berbagai macam tipe kepribadian dan perilaku yang berbeda. Faktor lingkungan dan budaya adalah salah satu penyebab kita menjadi sesuatu yang berbeda satu sama lain meskipun kita berasal dari jenis yang sama. 

Dimanapun kita berada, pada dasarnya kita memiliki naluri yang sama sebagai manusia. Membutuhkan makan, tidur dan keinginan seksual. Kemudian naluri ini akan membentuk suatu perspektif ketika mulai mencampurnya dengan akal sehat yang sesuai dengan norma kehidupan di berbagai tempat disertai dengan perilaku yang unik menyesuaikan budaya masing-masing. 

Kita bisa bilang suatu prinsip atau sudut pandang kita ini benar di tempat kita berpijak karena setiap tempat memiliki standar moral dan norma yang berbeda . Tapi belum tentu hal itu dikatakan benar di tempat lain. Ini karena campuran rasio antara naluri dan akal sehat kita tidaklah sama dengan semua orang. Ada banyak hal yang tidak kita alami di tempat kita berada namun orang lain mengalaminya dan ada banyak hal yang tidak kita ketahui di tempat kita namun orang lain mengetahuinya di tempat lain. 

Mengkritik Rasio

Salah satu hal yang tidak pernah berubah dari kehidupan kita dari dulu hingga sekarang adalah kita tidak pernah bisa mendamaikan sudut pandang banyak orang, meskipun kita tahu caranya. Naluri kita untuk tetap bertahan hidup dan mencapai kebahagiaan, sering kali menganggu kehidupan orang lain baik sadar maupun tidak kita sadari. Hingga akhirnya, orang yang merasa terganggu akan mengkritik sudut pandang kita yang dirasa mengganggu. Ini seperti rantai besi panjang yang belum tau dimana ujungnya. Sulit untuk diputus tapi kita tidak tahu dari mana awalnya dan dimana akhirnya. 

Tanpa kita sadari pun, kita sering mengkritik sudut pandang seseorang tanpa kita mengetahui apakah yang kita lakukan ini benar atau tidak. Bahkan mungkin kita itu tidak tahu, standar dari sebuah kebenaran itu yang seperti apa. Kita hanya tahu, apapun hal yang tidak kita setujui adalah hal yang salah. 

Kita hanya melakukan sesuatu berdasarkan naluri kita untuk memenuhi apa yang kita butuhkan dan kita inginkan. Sedangkan cara yang kita lakukan untuk mendapatkan itu, kita tidak benar-benar tahu apakah itu hal yang benar atau salah. Kita bisa bilang ini cara yang benar sesuai dengan ajaran keluarga dan lingkungan kita. Tapi kita tidak bisa secara mutlak bilang ini berlaku untuk semua orang dimanapun. 

Pagar Untuk Kebebasan

Hal tersebut menunjukkan bahwa, kita tidak berhak mengkritik sudut pandang seseorang tanpa mengetahui latar belakang apa yang ada pada mereka, begitupun sebaliknya. Yang berarti hak kita itu dibatasi oleh hak orang lain, dan ini  membuat kita itu bebas berpikir tapi opini kita seperti dibatasi oleh sesuatu yang tak bisa kita lihat tapi ada dimana-mana.

Meskipun kita bebas untuk menciptakan sudut pandang dan opini sesuai campuran rasio yang kita punya, bukan berarti kita bebas untuk mengklaim bahwa standar kebenaran itu sesuai dengan apa yang kita pikirkan. Ada pagar tak terlihat yang membatasi pemikiran kita dan akan selalu ada selama kita hidup berdampingan dengan manusia lain. 

Kesimpulan dari kata “kebenaran” itu pun sebetulnya tidak akan pernah mencapai kebenaran mutlak. Hal ini karena kapasitas kita sebagai manusia itu terbatas hanya mengetahui apa yang bisa kita tahu dan tidak bisa menjangkau semua realita yang ada. Selama waktu berjalan dan semakin bertambahnya wawasan dan pengetahuan, kesimpulan yang ada di pikiran kita akan saling tumpang tindih, bahkan sampai kita tidak tahu kebenaran itu sebetulnya yang mana. 

Yang jelas, kita bebas dalam berpikir dan mengkritik seseorang namun ada kalanya hal itu tidak perlu diungkapkan secara lisan. Cukup jadikan perbandingan untuk menjelaskan “mengapa kita seperti ini ?” dan “mengapa mereka seperti itu ?”. Kita hanya perlu mencari penyebabnya. Dan anggapan soal betul atau salah, kita tidak berhak memutuskan secara sepihak. Cukup kita pelajari saja.