Rabu, 24 Agustus 2022

Menikmati Proses - One Punch Man S2 ( Saitama )

 Jika aku tidak punya ruang untuk berkembang, artinya aku tidak bisa lagi menikmati proses berkembang 

(Saitama - One Punch Man S2 Ep-9)

Pasti lu pernah dong ngerasa bosen, ini hidup gw mau ngapain lagi yah ? Apa gw bakal gini gini aja ?

—-----

Sewajarnya manusia, kita pasti pernah ngerasain bosen dan kejebak di pola rutinitas yang itu - itu aja. Semakin lama kita ngerasain pola itu, yah semakin bosen juga kita ngerjainnya. 

Bagi kalian yang pernah atau sering nonton anime ini One Punch Man, Pasti udah ga asing dengan karakter Utamanya si Botak Terkuat di Bumi. Saitama. 

Kekuatannya yang over power sama sekali ngga bikin dia bangga ataupun seneng saat dia bertarung. Dan justru malah sering kesel karena lawannya selalu kalah cuma dengan satu tinju. Hal ini yang membuat si Botak merasa bahwa level kekuatannya itu udah maksimal yang akhirnya dia kehilangan gairah untuk bertarung. Karena dia berasumsi bahwa dia udah ngga bisa berkembang lagi.

Umumnya kita ngerasa bosen karena udah terlalu sering ngerjain banyak hal yang udah biasa kita kerjain secara berulang - ulang sampai kita ngerasa ahli di bidang itu. Dengan catatan bahwa levelnya itu ga berubah atau ngga meningkat karena mungkin kita udah melewati banyak proses untuk mencapai batas yang kita mampu. Nah itu yang bikin kita tuh ngga ngerasa tertantang lagi. Akhirnya jenuh. 

Dan masalahnya kita sering membuat batasan kita sendiri dan beranggapan bahwa kita sudah berada di puncak dan ini udah cukup. Tapi nyatanya kehidupan ngga akan selalu begitu kan, ada waktunya pasti akan berubah.

Kita bisa aja bilang, udah ngga ada lagi hal yang bisa di capai di zona itu. Hal Itu Bisa jadi bener dan bisa jadi salah. Tergantung apakah kita mau membuka pikiran kita secara objektif, betul ngga kita memang berada di puncak atau sebetulnya kita sedang menutup akses untuk bisa naik ke puncak. 

Saat kita berada di zona aman, kita harus pastiin bahwa ruang yang kita punya memang sudah hampir mencapai batasnya dan memang ngga ada lagi celah untuk kita berkembang disitu, misalnya lu udah terlalu banyak prestasi di perusahaan dan udah ngga ada lagi yang bisa di capai. Tapi sebetulnya kita bisa membuat tantangan sendiri untuk mencapai tujuan tertentu. Bisa buat diri kita sendiri atau buat perusahaan. Atau kita memutuskan untuk keluar dari zona itu karena butuh tantangan baru. Kedua hal ini lebih baik kita lakuin daripada kita cuma stak di satu titik tanpa ada kemauan untuk berkembang lagi.

Berpuas diri memang tidak ada salahnya, hanya saja kita sering ngga memperhatikan situasi yang akhirnya malah bikin kita ketinggalan akibat terlalu santai dan merasa sudah ada di puncak. Apalagi di era sekarang, jika kita tidak mengendalikan teknologi maka kita yang akan jadi mainan oleh teknologi itu sendiri. Misalnya kita punya handphone canggih tapi cuma digunain buat scrolling medsos berjam-jam sambil rebahan bahkan nyempetin waktu untuk julid di kolom komentar. 

Perlu kita tahu juga Internet dan sosial media itu ngga bakal ngebiarin kita istirahat untuk upgrade skill dan kalo kita ngga ngikutin arus itu yah, ,kita cuma bisa jadi penonton yang bisa liat orang ini bisa ini, orang itu bisa itu. dan aku bisa apa yah ?

Kalo kita udah terjebak di zona nyaman, perlahan kita akan sadar bahwa kita kehilangan nikmatnya sensasi saat menyelesaikan tantangan, atau bisa kita sebut proses berkembang. Kita mungkin bisa boong sama orang lain, tapi ngga bisa boong sama diri sendiri saat kita bener - bener ngerasa stak di satu titik. Perasaan ngga nyaman dan kurang PD dan terus-terusan jenuh itu bakal nemenin kita sampe kita bener - bener mutusin untuk mulai melangkah lagi. 

Sampai sini kita paham bahwa kita sebagai manusia butuh tantangan untuk terus berkembang, ga perlu kita tanya sampai kapan kita harus berkembang. Yang perlu kita tanya adalah apakah masih ada tantangan lagi ? 

Kita coba analogiin ke mobile legend, 

Saat kita udah memutuskan bahwa Assasin adalah role yang cocok buat kita mainin. Dan tertantang untuk menjadi Asssasin terkuat di bumi. Terus kita udah jadi assasin terkuat, apakah tantangan akan berhenti disitu ? Nggak, game itu nggak cuma ada assasin doank, tapi ada juga Tank, fighter, mage, marksmen dan support. Lu bisa ganti role dan pastinya cara bermain lu akan berubah. Terus Kalo kita udah nguasain semua role apakah tantangan akan berhenti di situ ? Nggak, kalian bisa coba jadi coach. Melatih para pemain pemula atau membimbing pemain pro untuk jadi juara di kompetisi. Yah dan seterusnya. 

Nah kehidupan juga sama, akan selalu ada tantangan kalo kita membuka pikiran kita untuk mencarinya sendiri. Para ilmuan terdahulu pun seperti itu, melakukan penelitian ini dan eksperimen itu. Mereka membuat tantangan sendiri untuk memenuhi hasratnya supaya mendapatkan kesimpulan yang mereka cari. Sampai mendekati ajal pun bisa jadi mereka ngga akan ngerasain bosen berkepanjangan karena merasa tantangannya belum selesai. 



Sabtu, 06 Agustus 2022

Batas Perjuangan - Catch Me if you can ( Frank Abagnale )


Pernah ga sih lu mikir kok temen gw lebih sukses yah, padahal kita punya kemampuan yang ga jauh beda atau mungkin lu ngerasa lebih kompeten ?

Catch me if you can, film ini diambil dari kisah nyata yang menceritakan seorang penipu profesional  yang kemampuannya di akui oleh FBI. Dan karena kemampuannya itu dia malah jadi salah satu agen FBI untuk memecahkan banyak kasus penipuan. Sangat menginspirasi kan khususnya para penipu !

Di awal cerita kita di sajikan oleh pidato dari Frank Abagnale dengan kalimatnya yang populer dan membuat seorang anak sangat bangga dengan ayahnya kira kira begini bunyinya : Dua tikus kecil jatuh ke dalam ember berisi krim. Tikus pertama dengan cepat menyerah dan tenggelam. Tikus kedua tidak mau berhenti. Dia berjuang sangat keras sehingga akhirnya dia mengaduk krim itu menjadi mentega dan merangkak keluar. Sampai saat ini, saya adalah tikus kedua itu.

Pepatah itu menjelaskan betapa pentingnya sebuah perjuangan atau usaha bagi seseorang untuk bisa sukses atau bertahan hidup. 

Analogi ini sangat tepat untuk menjelaskan bahwa pada saat-saat tertentu kita jatuh ke medan yang sama, tantangan yang sama dan kondisi yang sama dengan seseorang atau banyak orang sekalipun. Tapi hanya salah satu dari kita yang bisa sampai di titik sukses dan yang lain tidak. Setelah banyak hal terjadi, ternyata fakta membuktikan bahwa perjuangan kita tidaklah sekeras yang lain atau sebaliknya. Mungkin data statistik bisa membuktikan bahwa  kamu lebih kompeten dari orang lain untuk melakukan banyak hal. hanya saja kamu cepat lelah dan mudah untuk menyerah di saat yang lain masih berjuang tanpa melihat hasil.

Di dunia nyata memang kita ga bisa menebak sampai kapan kita harus berusaha dan memang inilah tantangan yang sebenarnya, kita tidak sedang membaca buku yang bisa langsung kita lihat halaman terakhirnya seperti apa dan bisa langsung baca kesimpulan dari buku itu, yang jelas bahwa apapun usaha yang kita lakukan jika itu hal baik yah sah sah aja sih jika kita terobsesi. Kecuali jika apa yang kita lakukan sudah keluar jalur dari cara yang benar untuk mencapai tujuan itu. 

Bicara soal soal Tikus kedua dalam pepatah tadi, disini kita sama - sama paham bahwa tikus kedua itu ngga ngerti bahwa krim itu bisa menjadi mentega yang ternyata bisa menyelamatkan hidupnya. Tikus kedua itu hanya tahu dia cuma harus bergerak sampai dia selamet. Nah, Ini juga mencerminkan kehidupan kita dimana kita tuh kadang - kadang ngga pernah tau apa yang udah kita lakuin secara konsisten ternyata bikin keajaiban di masa depan yang kita tuh ngga akan kepikiran bahwa itu malah bisa menolong hidup kita suatu saat nanti. 

Yang kita tahu bahwa apa yang kita lakukan adalah hal yang baik dan berjuang di jalan yang benar yaudah lanjut aja. Si tikus pun hanya tahu bahwa krim itu bisa menjadi mentega setelah dia keluar dari ember. Barulah sang Tikus paham sampai mana kita harus berjuang dan sangat menyayangkan tikus lain menyerah terlalu cepet tanpa melihat keajaiban dari sebuah mentega.

Ada banyak contoh yang bisa kita katakan mirip dengan kondisi pepatah ini saat kita bertarung dengan dunia nyata, misalnya persaingan untuk melamar kerja, pesaingan dagang, atau persaingan bagus bagusan rumput dengan tetangga #EHH#.

Yah intinya kita bisa ambil kesimpulan dari pepatah ini bahwa konsisten dalam berjuang itu adalah bagian dari kemampuan kita yang mungkin ga pernah kita anggap sebagai kemampuan. Kita sering terlalu fokus untuk memperbaiki kelebihan dan menutupi kekurangan, tapi lupa untuk melatih konsistensi yang sebenarnya menjadi faktor penentu juga. 

Dan sekali lagi kita sama - sama tau bahwa berjuang adalah kalimat dasar dari sebuah kesuksesan dan bertahan hidup, tapi hal yang ngga kita paham adalah seberapa kuat kita bisa bertahan dari konsistensi itu sendiri. Jawabannya yah ngga ada yang tahu kecuali Tuhan dan diri kita sendiri. Sama kaya pertanyaan seperti ini “Bagaimana kita menghadapi ujian yang berat dalam kehidupan ?”. Yah jawabannya adalah sabar dan terus berusaha melakukan apa yang kita bisa. 

Kita mungkin ngga akan puas dengan jawaban itu karena itu bukan jawaban untuk orang - orang yang lagi putus asa dan butuh motivasi. Terus bisa aja kita menganggap kesabaran kita udah sampai pada batasnya. Kita butuh jawaban pasti soal kita kenapa kita seprti ini , harus apa, dan gimana caranya. Makanya kita ngga akan puas hanya dengan jawaban Sabar. 

Tapi yang belum kita sadari adalah di balik jawaban dari sabar yah memang itu jawaban paling tepat sama seperti, 

Duh laper nih, yah makan.  Duh haus nih, yah minum.   Duh baterai HP gw habis lagi, yah di Charge. 

Kalo kita punya prinsip makan untuk mengurangi rasa lapar kita ngga akan bertanya makan apa yah yang enak, dan kalo kita punya prinsip minum untuk mengurangi rasa haus kita ngga akan bertanya minum apa yang enak yah. Begitu juga kalo kita mau nggecas hp supaya tetep hidup yah kita ngga akan bertanya ngecas dimana nih yang bisa sambil main game.

Nah sama juga tuh kalo kita punya prinsip bahwa kita bersabar dan berusaha untuk bertahan hidup. Yah Kita ga akan tanya Sabar yang gimana, atau berjuan yang kaya gimana. Prinsip kita sendiri yang akan nuntun diri kita sendiri  mau sabar sampai mana dan perjuagnannya harus seperti apa.