Sabtu, 22 Oktober 2022

Roda Kehidupan - Kimetsu No Yaiba (Kamado Tanjiro)

Kata Bijak Anime - Kamado Tanjiro (Kimetsu No Yaiba)


Kehidupan kami memang tidak mudah, tapi kami bahagia.

Kehidupan itu sama seperti langit, selalu bergerak dan berubah.

Langit tak selalu cerah, juga tak selalu turun salju.

Kemudian saat kebahagiaan hancur, aku selalu mencium aroma kematian


( Kamado Tanjiro - Kimetsu No Yaiba Eps : 1 )

—------

Kita udah sering denger kalimat tentang “hidup itu seperti roda yang berputar”, yang berarti kita punya giliran untuk merasakan bahagia dan menderita, kaya dan miskin, gagal dan berhasil. Tapi apakah kita juga berpikir bahwa durasi untuk keduanya itu tidaklah selalu adil. Atau bisa dibilang, kitalah yang menentukan roda itu harus berputar sekarang atau nanti. Saat roda memposisikan kita ada pada kondisi menderita, jika kita tidak berusaha untuk bahagia maka roda itu mungkin tidak akan berputar. 

Kebahagiaan Si Penderita

Saat kita memberikan uang dengan nominal Rp.50.000 kepada anak Si Miskin dan Si Kaya. Kita bisa bilang ini adalah bentuk sederhana dari keadilan yang merata. Tapi bagaimana reaksi terhadap keduanya, belum tentu akan sama. Anak Si Kaya mungkin akan menganggap pemberian ini adalah hal yang biasa saja. Tapi bagi anak Si Miskin, bisa jadi nominal itu adalah hal yang luar biasa seolah dia bisa membeli semuanya dengan uang itu. 

Kita sering menilai sesuatu berdasarkan penilaian singkat dari apa yang kita pahami dan menjadi asumsi instan, tapi mengabaikan latar belakang dari object penilaian  itu sendiri. Ini membuat kita sering beranggapan bahwa kondisi seseorang yang tidak lebih baik dari kita itu harus kita kasihani. Secara umum yah memang wajar, tapi satu sisi kita sering merasa bahwa mereka itu lebih sering tertawa dan terlihat bahagia jika dibandingkan kita yang bahkan untuk senyum saja sudah sulit dan tidak punya waktu untuk bercanda.

Biasanya kita akan menilai bahwa kemiskinan adalah sumber penderitaan. Tapi kita lupa kalo salah satu senyuman terindah itu ada pada wajah orang bersyukur dengan nikmat Tuhan atas apa yang diberikan. Meskipun kita akan terlihat naif untuk bilang senyuman itu mewakilkan kebahagiaan. Tapi bisa kita simpulkan bahwa kemiskinan hanyalah salah satu faktor yang bisa mempengaruhi kebahagiaan kita, di sisi lain kita lah yang menentukan mau bahagia atau tidak. 

Roda Kehidupan

Kita memang sudah sering mendengar tentang roda kehidupan akan selalu berputar. Suatu saat kita akan berpindah dari satu kondisi ke kondisi lain. Tapi ada hal yang kita benar-benar lupa bahwa roda akan berputar jika kondisinya normal dan memungkinkan untuk bergerak. Sama seperti manusia, kehidupan kita mungkin akan berubah menjadi lebih baik jika kondisi kita memang sudah sewajarnya untuk berubah. Untuk alasan apapun tidak ada istilah melangkah tanpa menggerakkan kaki. Jika kita diam mungkin kehidupan kita pun bisa saja tidak berubah sama sekali. Layaknya roda pada motor yang sedang diparkir.

Banyak dari kita itu berprasangka terlalu apa adanya pada takdir. Padahal takdir itu sendiri berharap adanya roda yang selalu berputar untuk memastikan kehidupan ini berjalan seperti seharusnya. Ada yang lahir dan ada yang mati, ada yang jatuh miskin dan ada yang menjadi kaya. Tapi kondisi di zaman sekarang, kita sebagai manusia sudah mengubah algoritma kehidupan dimana  sistem hidup kita ini sudah tidak normal. Meskipun tidak untuk semua aspek kehidupan.

Langit tak selalu cerah dan tidak selalu turun salju. Bahkan alam pun sudah menyindir kita bahwa hidup itu harus selalu bergerak. Kita tidak bisa berharap selalu turun hujan untuk terus diam di rumah, dan ada waktunya matahari harus terbenam sebagai alarm bahwa kita itu punya waktu untuk istirahat. Kurang lebih seperti ini lah alam memberitahu kepada kita tentang sistem kehidupan. 

Titik Awal Kebencian

Suatu saat, kita akan menyadari bahwa roda itu pun tidak selamanya akan berputar meskipun kita berkehendak untuk bergerak. Ada kalanya roda itu bocor, kempes atau rusak yang membuat kita itu harus berhenti meskipun kita tidak mau. Akan ada masa dimana kita harus memperbaiki roda itu untuk tetap bisa jalan. 

Ya, sama seperti hidup kita yang pasti akan mengalami hal yang tidak kita inginkan. Entah itu, kita sendiri yang mengalami musibah atau kehilangan salah satu keluarga yang kita anggap sangat penting. Kondisi ini lah yang akhirnya membuat kita berhenti sejenak untuk berjalan setidaknya untuk memperbaiki mental yang sedang rapuh. 

Kondisi rapuh ini sering membuat kita membenci banyak hal yang bahkan tidak berkaitan dengan musibah itu sendiri. Umumnya kita akan menghindari keramaian untuk sekedar menenangkan diri sebagai proses penyembuhan mental yang sedang rapuh. Dan memang tidak ada lagi yang bisa kita lakukan selain itu. 

Setidaknya ini akan menjadi gambaran dari makna roda kehidupan. Bahagia itu fana, begitupun juga dengan penderitaan. Rotasi dari keduanya itu tergantung dari bagaimana kita bersikap dengan kondisi apapun. Orang kaya sekalipun, tidak akan merasa bahagia atau bahkan tidak nyaman dengan kondisinya jika salah memiliki sikap dan mental yang tepat. 

Kita bisa beranggapan bahwa kekayaan itu memang bisa diwariskan untuk dinikmati oleh generasi selanjutnya, tapi tidak dengan kebahagiaan. Kita mungkin bisa memahami bagaimana seorang pewaris berjuang, tapi bukan berarti kita bisa melakukan atau mengalami hal yang sama. Setidaknya untuk mau memulai dari 0.



Selasa, 18 Oktober 2022

Rasio Kepribadian - Jujutsu Kaisen (Mahito)

    Kata Bijak Anime - Mahito (Jujutsu Kaisen)


Seperti manusia yang makan, tidur dan berzinah.

Kurasa ini adalah naluri kutukan.

Meski kita memiliki akal sehat, namun bukan alasan untuk melawan naluri kita. Jiwa kita adalah gabungan antara naluri dan akal sehat.

Orang lain tidak berhak mengkritik campuran rasiomu. Tapi aku yakin jiwamu seperti di batasi


( Mahito - Jujutsu Kaisen Eps : 19 )

—------

Kita sebagai manusia memiliki pengalaman yang unik dengan berbagai macam budaya dan lingkungan yang berbeda. Baik persepsi, opini dan perspektif yang kita punya pun akan berbeda satu sama lain berdasarkan bagaimana kita tumbuh di lingkungan tersebut. Tapi dibalik perbedaan itu, kita memiliki naluri yang sama sebagai manusia. 

Naluri dan Akal Sehat

Kita menjumpai banyak orang dari berbagai tempat dan menyadari bahwa manusia itu unik dengan berbagai macam tipe kepribadian dan perilaku yang berbeda. Faktor lingkungan dan budaya adalah salah satu penyebab kita menjadi sesuatu yang berbeda satu sama lain meskipun kita berasal dari jenis yang sama. 

Dimanapun kita berada, pada dasarnya kita memiliki naluri yang sama sebagai manusia. Membutuhkan makan, tidur dan keinginan seksual. Kemudian naluri ini akan membentuk suatu perspektif ketika mulai mencampurnya dengan akal sehat yang sesuai dengan norma kehidupan di berbagai tempat disertai dengan perilaku yang unik menyesuaikan budaya masing-masing. 

Kita bisa bilang suatu prinsip atau sudut pandang kita ini benar di tempat kita berpijak karena setiap tempat memiliki standar moral dan norma yang berbeda . Tapi belum tentu hal itu dikatakan benar di tempat lain. Ini karena campuran rasio antara naluri dan akal sehat kita tidaklah sama dengan semua orang. Ada banyak hal yang tidak kita alami di tempat kita berada namun orang lain mengalaminya dan ada banyak hal yang tidak kita ketahui di tempat kita namun orang lain mengetahuinya di tempat lain. 

Mengkritik Rasio

Salah satu hal yang tidak pernah berubah dari kehidupan kita dari dulu hingga sekarang adalah kita tidak pernah bisa mendamaikan sudut pandang banyak orang, meskipun kita tahu caranya. Naluri kita untuk tetap bertahan hidup dan mencapai kebahagiaan, sering kali menganggu kehidupan orang lain baik sadar maupun tidak kita sadari. Hingga akhirnya, orang yang merasa terganggu akan mengkritik sudut pandang kita yang dirasa mengganggu. Ini seperti rantai besi panjang yang belum tau dimana ujungnya. Sulit untuk diputus tapi kita tidak tahu dari mana awalnya dan dimana akhirnya. 

Tanpa kita sadari pun, kita sering mengkritik sudut pandang seseorang tanpa kita mengetahui apakah yang kita lakukan ini benar atau tidak. Bahkan mungkin kita itu tidak tahu, standar dari sebuah kebenaran itu yang seperti apa. Kita hanya tahu, apapun hal yang tidak kita setujui adalah hal yang salah. 

Kita hanya melakukan sesuatu berdasarkan naluri kita untuk memenuhi apa yang kita butuhkan dan kita inginkan. Sedangkan cara yang kita lakukan untuk mendapatkan itu, kita tidak benar-benar tahu apakah itu hal yang benar atau salah. Kita bisa bilang ini cara yang benar sesuai dengan ajaran keluarga dan lingkungan kita. Tapi kita tidak bisa secara mutlak bilang ini berlaku untuk semua orang dimanapun. 

Pagar Untuk Kebebasan

Hal tersebut menunjukkan bahwa, kita tidak berhak mengkritik sudut pandang seseorang tanpa mengetahui latar belakang apa yang ada pada mereka, begitupun sebaliknya. Yang berarti hak kita itu dibatasi oleh hak orang lain, dan ini  membuat kita itu bebas berpikir tapi opini kita seperti dibatasi oleh sesuatu yang tak bisa kita lihat tapi ada dimana-mana.

Meskipun kita bebas untuk menciptakan sudut pandang dan opini sesuai campuran rasio yang kita punya, bukan berarti kita bebas untuk mengklaim bahwa standar kebenaran itu sesuai dengan apa yang kita pikirkan. Ada pagar tak terlihat yang membatasi pemikiran kita dan akan selalu ada selama kita hidup berdampingan dengan manusia lain. 

Kesimpulan dari kata “kebenaran” itu pun sebetulnya tidak akan pernah mencapai kebenaran mutlak. Hal ini karena kapasitas kita sebagai manusia itu terbatas hanya mengetahui apa yang bisa kita tahu dan tidak bisa menjangkau semua realita yang ada. Selama waktu berjalan dan semakin bertambahnya wawasan dan pengetahuan, kesimpulan yang ada di pikiran kita akan saling tumpang tindih, bahkan sampai kita tidak tahu kebenaran itu sebetulnya yang mana. 

Yang jelas, kita bebas dalam berpikir dan mengkritik seseorang namun ada kalanya hal itu tidak perlu diungkapkan secara lisan. Cukup jadikan perbandingan untuk menjelaskan “mengapa kita seperti ini ?” dan “mengapa mereka seperti itu ?”. Kita hanya perlu mencari penyebabnya. Dan anggapan soal betul atau salah, kita tidak berhak memutuskan secara sepihak. Cukup kita pelajari saja.




Senin, 10 Oktober 2022

Episode Belum Berakhir - Kimetsu No Yaiba (Kamado Tanjiro)

 Kata Bijak Anime - Kamado Tanjiro (Kimetsu No Yaiba)


Sebanyak apapun kau kehilangan, kau harus tetap hidup. Tak peduli seberapa kejam kenyataannya.


( Kamado Tanjiro - Kimetsu No Yaiba Eps : 7 )

—------

Kematian itu bisa kita sebut bagian dari proses untuk menyadarkan kita bahwa manusia adalah makhluk yang fana. Kita cenderung sulit untuk menerima kenyataan bahwa orang yang kita anggap penting itu suatu saat akan pergi. Di saat yang sama, kita juga cenderung takut akan kematian. Artinya kita sendiri menolak konsep dari ke fanaan itu sendiri.

Hilang

Kehilangan nyawa seseorang yang penting bagi hidup kita itu memang menimbulkan luka pahit yang akan membekas dan membutuhkan waktu yang cukup lama untuk benar-benar hilang. Semakin panjang umur kita, maka kita mendapatkan kesempatan untuk merasakan sensasi itu lebih banyak. Satu persatu kita akan mengalami sensasi yang sama berulang-ulang seolah Tuhan itu ingin menunjukkan bahwa selanjutnya adalah giliran kita. 

Meratapi kamatian, baik yang telah terjadi kepada orang lain maupun kematian yang sudah menunggu kita, itu bikin kita berpikir seakan kita itu “hanya datang untuk pergi”. Iya, ini kalimat sederhana yang  bisa bikin kita itu berpikir panjang untuk melakukan sesuatu yang bermanfaat meskipun setidaknya hanya untuk satu orang, karena pada akhirnya kita akan mati juga. Dan kita akan cenderung melakukan apapun asal kita senang atau bahagia.

Kita terlalu fokus dengan hasil akhir tapi sering lupa dengan apa yang menjadi dampak sebelum dan sesudah kematian. Karena meninggal dengan memberikan manfaat dan hanya sekedar meninggal itu sama sekali berbeda. Bukan soal namamu teringat oleh banyak orang setelah pergi, tapi kita bicara tentang seseorang atau banyak orang yang hidupnya menjadi lebih berarti berkat keberadaan diri kita.

Frekuensi Ikatan Yang Berbeda

Jika memang kematian sudah menjadi siklus hidup yang tidak bisa kita hindari, ya sudah, cukup nikmati aja apa masih tersisah dalam hidup kita. Kita memang sering melihat dalam film bahwa kematian satu orang dapat memberikan dampak besar bagi perilaku hidup seseorang. Itu ngga salah dan wajar. Ngga ada kata lain selain “sabar dan kuat” yang bisa diucapkan oleh teman-teman kita.

Saat kita berada di posisi berduka, kita harus menghargai apapun kata-kata duka dan penyemangat dari orang lain. Meskipun kita bisa menganggap bahwa kalimat itu tidak berguna pada saat itu karena mereka tidak tahu apa yang kita rasakan. Yah, setidaknya kita bisa bilang itu hampir betul tapi tidak tepat. Karena memang tugas seseorang yang tidak merasakan sakit lah yang memberikan kata-kata manis untuk kita yang sedang terluka. Begitupun kamu pada saatnya tiba, saat kerabatmu sedang berduka, kamulah yang sedang tidak merasakan sakit untuk memberikan kata-kata penyemangat itu. 

Jadi, jangan pernah menganggap bahwa mereka tidak mengerti. Kita hanya berbeda frekuensi ikatan terhadap orang yang telah pergi, yang membuat frekuensi emosi kita berbeda di momen itu. Pada saatnya tiba pun, ledakan emosi itu akan berbalik ke orang lain. Dan mungkin kata-kata penyemangatmu akan dianggap ketidakpahaman atas emosi mereka. Siklus ini akan terus berputar dan tak akan pernah habis. 

Episode Belum Berakhir

Kita bisa memastikan bahwa cepat atau lambat, ledakan emosi kita akan memudar atau hilang. Dan akan menyadari bahwa perginya seseorang bukanlah akhir dari episode kehidupan kita. Ini hanya salah satu fase kehidupan kita yang mungkin tidak kita inginkan tapi kita membutuhkan ini. Mungkin bisa kita sebut jeda waktu yang membuat hidup kita berhenti sementara, dan dengan sendirinya kita akan memahami bahwa tak ada akhir kecuali kita sendiri yang pergi. 

Kita bisa menganggap bahwa ini adalah spoiler dari Tuhan, agar kita memahami lebih dalam apa itu kematian dan apa dampak dari kematian kita. Meskipun kita tidak bisa memastikan kapan waktunya tiba, tapi kita bisa memastikan kapan kita siap untuk pergi.

Kenyataan Memang Tak Pernah Indah

Realita kehidupan memang tak akan pernah indah karena pada dasarnya tempat kita berpijak sekarang ini hanyalah sebuah jembatan untuk menuju tempat yang lebih indah. Tempat ini hanyalah panggung dari sebuah kontes untuk menentukan kita sebagai peserta apakah layak untuk masuk ke sebuah panggung yang sebenarnya atau tidak, katakanlah tempat itu kita sebut surga.

Kita mungkin bisa mempelajari seperti apa jembatan itu, bagaimana melewatinya, apa saja yang bisa kita lakukan untuk bisa sampai ke seberang dengan jembatan itu. Dan hanya sebatas itu. Untuk itulah kita harus tetap berdiri tegak meskipun kita jatuh, terdorong, atau terinjak. 

Melihat seseorang jatuh dari jembatan memang bisa menganggu mental kita, terlebih itu adalah orang penting dalam hidup kita. Tapi bukan berarti kita harus ikut jatuh atau diam dan sekedar melihat dengan tangis jika tidak bisa menolongnya, karena kasih sayang itu tidak akan menyeret kita untuk ikut menderita, tapi akan menjauhkan kita dari penderitaan.  

Perlu kita pahami bahwa tidak ada tempat yang nyaman selain pikiran kita sendiri yang membuatnya. Berjalan dengan rasa sedih dan berjalan dengan rasa bahagia adalah dua hal yang sama, yang membedakan adalah pikiran kita sendiri



Kamis, 06 Oktober 2022

Berganti Episode - High And Low Final Mission ( Cobra )

Pernah ga sesekali kita buka folder di memori kita, terus bayangin apa aja hal2 nakal, aneh atau bahkan lucu untuk kita inget. Trus lu tuh senyum-senyum sendiri. Dan lu sadar ada perbedaan “Ko gw bisa kaya gitu yah dulu ?”

Usia muda, usia dimana kita ngerasain hidup itu kaya permen nano-nano ( manis asem asin, ramai rasanya ).

Itu adalah momen dimana beranda kehidupan kita tuh rame dan berwarna, ngga sedikit kejadian kejadian yang kita alamin akan jadi pengalaman hidup yang mungkin sangat berkesan di masa tua kita nanti. Mulai dari perilaku kita yang nakal, ceroboh, sok tahu atau mungkin sok bijak. Apapun pengalaman yang kita punya saat itu, ya udah. Itu memang udah harus terjadi. Kita ga perlu menyesal ataupun terlalu bangga dengan itu. 

Ga sedikit dari kita mungkin menyesal dengan masa lalu yang kurang menyenangkan, dan banyak juga dari kita yang merasa bangga dengan masa lalu kita sendiri. Yah dua duanya ga salah. Toh kita juga udah banyak nyaksiin bahwa ngga selamanya masa lalu yang kelam itu  bakal bikin masa depan kita suram. ataupun sebaliknya. 

Bagi sebagian besar orang normal mungkin serial High and Low ini cuma sekedar film yang menunjukkan contoh buruk dari sebuah generasi sampah yang hidupnya tuh bergantung dari perkelahian. Yah memang nggak sepenuhnya salah. Tapi, kalo kita lihat fenomena ini dari sudut pandang lain mungkin kita juga akan punya persepsi yang beda. Ketika kita ada di posisi sebagai masyarakat normal yang melihat mereka sebagai sampah masyarakat yang hidupnya ga jelas, bukan berarti kita berhak menilai bahwa mereka tidak punya prinsip hidup. Bisa aja mereka tuh cuma ga punya kesempatan lebih untuk ada di circle yang tepat.

Di Serial High And Low The Movie, tepatnya yang Final Mission. Cobra Leader dari Sannoh Renggokaii  mengucapkan kalimat yang menarik bahwa :

“Kita akan dewasa dalam waktu dekat. Berkelahi, menyebabkan masalah dan bahkan berdebat dengan teman.

Tapi bahkan jika kita melakukan kesalahan, waktu yang kita coba untuk hidup dengan putus asa akan menjadi kekuatan. 

Karena itulah aku ingin menghargai hidup saat ini.”

Cobra (High And Low : Final Mission)


Nah, Mungkin ga sih kata-kata ini bisa keluar dari orang yang sering tawuran ?  

Mungkin kita cuma bisa dapet jawaban itu klo kita ada di circle mereka dan beradaptasi dengan gaya hidup mereka. Dan lu bisa bilang kalo itu cuma ada di dunia fiksi. Yah itu betul. Tapi kita nggak bisa menilai dan menentukan kualitas seseorang cuma berdasarkan tempat dimana dia beradaptasi. Karena masih ada banyak faktor lain yang berpengaruh pada cara berpikir seseorang. Bisa jadi mereka lebih bijak, siapa yang tahu.

Apa yang di katakan Cobra itu menurut gw adalah konteks nyata yang mungkin setiap orang bakal ngerasain momen itu, tanpa terkecuali mau itu orang baik atau orang ga bener sekalipun. Beberapa dari kita mungkin pernah atau memang lagi ngerasain bahwa saat ini kita ada dalam fase itu. Mulai terbesit di pikiran bahwa sebentar lagi gw akan dewasa, cerita kemarin tuh udah jadi coretan pena yang mesti kita simpen dalam lemari untuk suatu saat kita buka lagi sebagai kenangan saat kita udah dewasa. 

Kelam atau enggaknya masa lalu kita, yah itu udah gak penting. Saat kita udah berusaha nyoba untuk tutup buku yang isinya coretan masa lalu kita. Artinya hidup kita mungkin aja baru dimulai. Kita bisa anggap bahwa semua kejadian yang kita alami dan dampak yang kita rasain sekarang akibat perilaku kita dulu sebagai Kata Pengantar dalam Buku. Berpengaruh tapi belum tentu menentukan masa depan lu secara mutlak.

Setelah Kata Pengantar sudah selesai, yaudah kita akan akan memulai BAB baru dengan gaya coretan yang mungkin aja akan berbeda. Semua akibat dari kesalahan-kesalahan yang pernah kita buat, kita bisa jadiin itu sebagai kekuatan untuk melangkah lebih hati-hati. Dengan kita menyadari itu semua, dan terus melangkah untuk berjuang dengan coretan baru. Kita tuh udah menghargai hidup kita sendiri. Selangkah lebih maju dibandingkan orang-orang yang nggak pernah menyadari kesalahan2 mereka dan terlalu percaya diri bahwa hidup mereka tuh udah sempurna. 

Seperti dalam film, kalo serial hidup kalian yang berwarna mungkin sudah mendekati Injury Time (Menit menit akhir). Saatnya berganti episode dengan warna yang lebih solid. Kalo sebelumnya episode kehidupan kalian lebih fokus dengan dunia tongkrongan, persahabatan, kenakalan dan santai. Ya Mungkin episode berikutnya akan lebih fokus dengan karir dan nyari jodoh. Sudut pandang kita pun mungkin akan berubah tentang kehidupan. Bukan berarti kita meninggalkan dunia itu. Inget, kita cuma merubah fokus dan sudut pandang. Dan kita pun harus sadar bahwa, ini memang siklus yang harus terjadi. 

Kalian bisa perhatiin Satu per satu baik kita ataupun temen kita pasti akan berada momen itu, jadi jarang nongkrong, lebih sibuk, atau perilakunya mulai berubah. Dan ketika teman kita sedang ada di posisi itu kita harus paham kalo dia lagi nyoba untuk melangkah ke episode berikutnya. Begitupun sebaliknya saat kita lagi ada di fase itu, kita pun pasti berharap bahwa temen2 kita paham sama kondisi kita. Tanpa harus ada sindiran “we sombong amat jarang nongkorng”. 

Jadi yang kita lakukan di masa muda itu sebetulnya salah atau benar yah hanya diri kita di masa depan yang tau jawabannya. Paling ngga kita bisa simulasi sekarang dan coba luangin waktu setidaknya 1 jam  lihat beranda kita di tahun2 lalu. 

Gw yakin, lu bakal ngerasain sensasi yang gw maksud !!!



Menikmati Setiap Perhentian - Hunter X Hunter (Ging Freecss)

Aku menikmati perjalanan, 

Jadi jika jalan kita berpotongan di masa depan, Kau harus nikmati tiap perhentian yang kau lalui. Dengan sepenuh hati.

Karena di situlah kau akan menemukan hal-hal yang lebih penting daripada yang kau inginkan.

( Ging Freecss - Hunter X Hunter Eps 148 )


Kita pernah ngga nih, udah merencanakan tujuan hidup dengan matang, tapi di tengah jalan kita nemu situasi yang bikin kita lebih  tertarik dari tujuan itu sendiri  ?

—-----

Ging Freecss

Ging Freecss adalah salah satu karakter misterius di anime Hunter X Hunter yang kita bahkan ngga di kasih tau secara detail apa kemampuannya dan sekuat apa dia. Yang jelas dia adalah ayah dari Gon si tokoh utama dari anime ini. Di episode terakhir  animenya kita di sajikan momen happy ending dimana akhirnya Gon bertemu dengan ayahnya dan saling bercerita satu sama lain sebagai ayah dan anak. Ging bercerita bahwa ia sangat antusias terhadap apa yang tidak bisa dia lihat di depan mata atau mencari apa yang tidak dia ketahui. Dari perjalanan untuk mencapai tujuannya itu dia menemukan makna penting dan menceritakannya pada Gon bahwa suatu saat kita akan berhenti di suatu titik yang secara tidak kita sadari kita akan menganggap momen itu lebih berharga dari pada tujuan itu sendiri.


Tujuan Hidup 

Saat kita beranjak dewasa, kita udah mulai berpikir tentang tujuan hidup. Mau di bawa kemana nih hidup kita supaya tetep terus berjalan dan terarah. Kita asumsikan dulu bahwa setiap tujuan hidup itu adalah hal yang baik, setidaknya untuk diri kita sendiri. Dan untuk mencapai itu kita mungkin kita udah menyiapkan diri dengan segala resiko dan tantangan yang akan datang nanti. 

Suatu saat kita akan merasakan momen yang membuat kita berhenti di satu titik, bisa jadi ada musibah, tergoda sama dunia rebahan, atau episode cinta yang berkepanjangan, bisa jadi kita akan lupa sama tujuan itu sendiri. Semua hal itu yah udah wajar dan kita udah harus siap kapanpun itu terjadi. Kita ngga bisa maksa skenario hidup kita itu sempurna tanpa hambatan. Bahkan di balik kisah-kisah orang sukses pun pasti ada hal-hal yang ngga mereka suka tapi yah mereka harus terima.


Menikmati Perhentian

Ging bercerita kepada Gon bahwa ia menemukan sesuatu yang lebih penting dari pada tujuannya itu sendiri. Yaitu merasakan ikatan yang menurutnya sangat bernilai, sosok orang-orang yang membantunya secara sukarela untuk mencapai tujuannya telah memberikan hal yang sangat berkesan dalam hidupnya. Dia berkata bahwa kita harus menikmati setiap perhentian di tengah-tengah mencapai tujuan kita.

Setiap dari kita pasti udah punya bayangan bahwa keberhasilan kita untuk mencapai tujuan itu ga akan selalu seratus persen pasti berhasil. Itulah kenapa kita harus menikmati setiap perhentian, apapun tujuannya. 

Saat kita berhenti atau stag di momen tertentu, kita bisa santai dulu sambil ngopi dan coba inget-inget. Apa aja hal yang udah kita lewatin, apa yang udah kita dapetin dan apa aja yang udah berubah. Bisa jadi kita udah ngelewatin banyak hal penting yang udah Tuhan tunjukin, cuma kita nya aja yang ngga peka. Sesedarhana kita lihat foto-foto atau video lama kita, pasti ada sensasi dimana kita bisa senyum-senyum sendiri, malu dan ngerasa salting. 


Menyelesaikan Tujuan

Kita ngga akan tahu kapan Tuhan memberikan  pelajaran yang sangat berharga dan berkesan dalam hidup kita. Kadang kita terlalu fokus dengan tujuan yang bisa bikin kita jadi orang yang terlalu obsesif. Dan akhirnya kita ngga nikmatin hidup karena apa yang ada di kepala kita yah cuma tujuan, berhasil dan selesai. Mata kita udah di tutup untuk melihat kiri kanan yang sebetulnya banyak hal-hal indah yang bisa kita nikmatin. Nah kalo udah begitu apa bedanya sama delman. 

Kita perlu tahu bahwa menyelesaikan tujuan hidup yang sudah kita rancang itu bukan suatu kewajiban mutlak. Saat kita udah merancang tujuan hidup, Kita hanya sedang memberikan proposal rancangan kita kepada Tuhan, apakah itu diterima atau enggak, yaudah itu urusan Tuhan. Kita pun harus terima ketika suatu saat rancangan kita di revisi, jadi ya udah. Positif thinking aja, Tuhan lebih tahu skenario apa yang lebih cocok buat kita. 

Ga perlu merasa bersalah ketika kita lihat orang lain udah berhasil atau punya status  yang lebih tinggi. Karena Tuhan tidak menciptakan dunia ini hanya untuk memilih orang-orang yang telah berhasil dengan tujuannya. Tapi lebih ke arah mensyukuri apa aja fasilitas yang udah Tuhan kasih dan kita bisa nikmatin.

Dalam perjalanan hidup kita berhak untuk melakukan langkah serius, tapi perlu di pahami bahwa jalan tol yang panjang pun akan tetap membutuhkan rest area agar kita bisa istirahat dan tetap menikmati perjalanan dengan nyaman. 



Jumat, 30 September 2022

Bayangan Masa Depan - Jujutsu Kaisen (Gojo Satoru)

Tak peduli berapa banyak rekan yang dimiliki seorang penyihir, mereka akan selalu mati sendirian.

Kau bukannya membayangkan dirimu yang lebih kuat di masa depan, malah terus menilai dan mencocokkan dengan orang di sekitarmu.

Mati kemudian menang, dan mati dengan kemenangan, sangatlah berbeda megumi


( Gojo Satoru - Jujutsu Kaisen Eps : 23 )

—------

Kita itu sering cari aman dengan menyesuaikan status atau pencapaian kita terhadap orang lain. Benar atau salah, itu bukan prioritas utama dari penyesuaian itu sendiri. Tapi yang jelas kita membutuhkan pengakuan dari apa yang telah kita sesuaikan. Karena standar hidup di zaman ini adalah apa yang terlihat oleh banyak orang dan itu di akui, sudah bukan lagi apa yang berkualitas. 

Menyesuaikan Diri 

Kuliah yang diberikan oleh Si Tampan Gojo Satoru kepada muridnya Megumi Fushiguro ini sangat relevan di zaman sekarang, dimana saat kita mulai mencapai kedewasaan kita cenderung menyesuaikan diri dengan apa yang terjadi di sekitar kita baik di lingkungan fisik maupun di dunia maya. Melihat berbagai macam kesuksesan dan keberhasilan yang orang lain tunjukan ke publik memicu diri kita untuk mulai berpikir hal-hal seperti itu adalah sebuah standar yang ditetapkan oleh orang-orang sebagai suatu yang harus terjadi di hidup kita dan kita anggap sebagai sebuah pencapaian penting agar bisa dapat pengakuan.

Kita cenderung mengukur pencapaian diri kita terhadap apa yang orang lain capai dan menjadikannya sebagai standar hidup yang sebetulnya tidak bisa dibilang salah, hanya saja hal itu akan menyiksa diri kita sendiri jika ternyata kita tidak mampu untuk mencapai itu. Dan akhirnya secara perlahan kita mulai lelah dengan ketidakmajuan diri kita sendiri dan mulai menyalahkan orang lain atau bahkan menyalahkan diri sendiri. 

Saat itu terjadi, kita mulai menuntut diri kita secara berlebihan. Perlahan kita akan mengabaikan potensi diri kita yang sebenarnya, dan memprioritaskan hal yang bisa diakui banyak orang. Kita udah mulai ngga peduli apakah kita bahagia atau ngga, karena prinsip kita udah berubah dari kebahagaiaan ke pengakuan.

Bayangan Masa Depan Tentang Keberhasilan

Masa kecil adalah masa dimana kita sering membayangkan diri kita menjadi sesuatu yang kita mau, apapun itu, tidak ada yang tidak mungkin jika imajinasi kita sedang bekerja pada saat itu. Meskipun kita ditertawakan orang dewasa sekalipun, tingkat percaya diri kita tidaklah berubah. Hal-hal yang kecil seperti itu lah yang membuat hidup kita tidak memiliki beban yang berat dalam mencapai tujuan, meskipun imajinasi kita untuk menjadi apa yang kita mau hanya 1% akan terwujud, atau mungkin 0%. Tapi itu ngga masalah. 

Saat membayangkan diri kita di masa depan telah menjadi apa yang kita inginkan, sensasi itu akan memprovokasi diri kita untuk terus melakukan hal-hal yang menurut kita adalah langkah yang benar untuk menuju masa depan itu. Dengan sendirinya kita akan tahu apa saja yang perlu kita lakukan untuk mencapai itu, tanpa memperhatikan hal lain yang menurut kita tidak penting. 

Saat kita beranjak dewasa kita cenderung akan melupakan hal ini, dengan alasan bahwa realita kehidupan harus mengikuti logika berpikir secara umum. Yah itu ngga salah, tapi kebahagiaan itu sering tidak logis secara kasat mata. Kita sering melihat orang miskin yang tertawa lepas sedangkan banyak orang kaya yang stress dengan beban hidup yang berat. Apakah itu logis ?, Tidak, bagi kebanyakan orang, tapi kalo kita telusurin pasti kita akan menemukan penyebabnya secara logis. 

Masuk akal atau tidak, hidup seseorang tetap membutuhkan hasrat untuk bahagia sesuai potensinya masing-masing. Hasrat untuk mencapai sesuatu itu tidak akan pernah berhenti sampai kita terdistraksi oleh faktor lain, sebut saja “paradigma keberhasilan” yang disepakati banyak orang secara umum. Paradigma itu akan mengubah jalan yang sudah kita buat, secara perlahan kita akan menyesuaikan diri dengan paradigma itu dan mengaburkan bayangan masa depan yang udah kita buat sejak awal.

Koridor Masing-Masing

Pada akhirnya kita akan melihat orang lain berhasil di jalannya masing-masing. Keberhasilan  mereka belum tentu  akan menyeret kita untuk mengikuti keberhasilannya hanya karena kita mengikuti standar kehidupan mereka. Bisa jadi mereka tidak melihat kita sama sekali. 

Dan kita sadar bahwa, kita sudah membuang potensi yang kita miliki hanya untuk beradaptasi di jalan orang lain.

Sudah saatnya kita harus kembali ke koridor dimana seharusnya kita berada. Dan di situlah kita harus menyesuaikan diri dengan potensi yang kita punya. Biarkan kita menjadi seorang ahli di jalan kita sendiri meskipun menjadi minoritas. Karena minoritas itu sendiri adalah pencetus yang akan menciptakan mayoritas saat minoritas itu diikuti banyak orang.



Jumat, 23 September 2022

Menerima dan Melepaskan - Miracle In Cell No.7 (Kakek Seo)

Kita itu paham semua yang kita miliki di dunia ini adalah milik Tuhan, tapi kenapa yah kita masih sering ngga ikhlas saat kita kehilangan sesuatu ?

—------

Celotehan Dalam Cell

Di scene tadi kita menyaksikan obrolan sederhana dari para narapidana yang mungkin cuma sekedar obrolan biasa dan asal ngomong aja. Tapi disitu ada seorang kakek bernama Seo yang mengucapkan kalimat sindiran yang sebetulnya sih biasa aja, tapi ini sering terjadi di hidup kita nih. Kalimat yang di ucapkan oleh Kakek Seo yaitu “Mudah menerima hal apapun, tapi sulit untuk melepaskannya”. Nah ini sering kan terjadi di kehidupan sehari - hari.

Takdir Sebagai Penerima

Seperti yang di katakan John Locke dalam teorinya tentang Tabula Rasa, kita lahir ke dunia itu ibarat kertas kosong yang suci tanpa coretan apapun. Kemudian kita tumbuh dan kertas itu di isi oleh banyak hal seperti pengalaman, wawasan, ideologi atau faktor lainnya yang pada akhirnya akan membentuk seperti apa kita nanti. Hingga akhirnya kita sampai pada titik dimana kita menerima dan merasakan banyak hal seperti penderitaan, rasa bahagia, kekecewaan dan lainnya. 

Kita ini hidup sebagai konsumen dimana Tuhan adalah produsen terbaik yang akan mensuplai apa yang kita butuhkan dan apa yang kita inginkan. Cinta, kasih sayang, rasa sakit atau penderitaan adalah bagian dari produk yang Tuhan berikan agar kertas kosong yang sudah kita pegang sejak lahir menjadi sebuah coretan warna baik itu menjadi warna yang abstrak ataupun konkret. Sehingga identitas kita terbentuk menjadi sesuatu yang bisa di deskripsikan oleh orang lain dan diri kita sendiri. 


Paradigma Tentang Kepemilikan

Kita tuh sering menganggap bahwa semua yang kita dapatkan dengan usaha kita yah itu udah milik kita pribadi tanpa berpikir dua kali bahwa ini semua itu hasil acc dari Tuhan, terlepas apakah kita punya andil yang besar dalam berjuang untuk mendapatkan semua itu. Dan umumnya sebuah produk itu yah pasti punya tanggal kadaluarsa. Yang berarti kita ngga akan selamanya bisa menikmati apa yang sudah kita dapatkan. Akan ada waktunya hal itu pasti hilang atau habis.

Saat kita menyayangi seseorang dan merasakan kasih sayang, mungkin kita akan secara naluriah beranggapan bahwa ini adalah hal yang kita butuhkan seumur hidup. Sebaliknya saat kecewa dan merasakan sakit, kita akan beranggapan bahwa kita tidak membutuhkan ini. Yah sah - sah aja sih, tapi kalo kita membeli suatu produk, sebanyak apa kita memberikan uang yah sebanyak itu juga kita akan dapat berdasarkan nilai tukarnya dan suatu saat produk itu akan habis. Artinya kalo kita mau menyayangi seseorang yah kita harus siap bahwa suatu saat nanti akan merasakan kehilangan, kapanpun itu.

Jadi yang sebenarnya terjadi kita mungkin secara sadar mengetahui bahwa semua hal yang kita miliki di dunia ini adalah milik Tuhan dan suatu saat akan kembali. Tapi secara naluriah kebanyakan dari kita menolak konsep itu sendiri. Berarti ada kontradiksi di sini. Kita dengan sangat mudah menerima bahwa sesuatu yang diberikan oleh Tuhan adalah milik kita, seperti harta, kekuasaan dan orang - orang yang kita sayangi. Tapi sangat sulit bagi kita untuk menerima kenyataan bahwa semua itu akan hilang pada waktunya. 

Melepaskan Yang Bukan Milik Kita

Peristiwa kehilangan itu mungkin sudah secara alamiah akan menjadi pemicu rasa kecewa pada diri kita terhadap momen itu sendiri. Yang berarti bahwa sebenarnya kita lebih menyetujui konsep kepemilikan itu bersifat kekal. Tapi kita lupa bahwa kita harus menerima konsep yang sudah kita sepakati di awal sejak kita lahir bahwa, kita hanyalah kertas kosong yang tidak memiliki apapun. Kemudian kita datang ke dunia. Segala sesuatu yang kita dapatkan di dunia ini hanyalah fasilitas dari Tuhan untuk kita menjalani hidup dengan skenario - skenario tertentu. 

Dalam pangung drama kehidupan, kita itu hanya berperan. Terlepas dari apakah kita menjadi seorang giver atau receiver. Itu hanyalah peran yang sudah diberikan oleh Sang Sutradara yaitu Tuhan yang menciptakan semua peran dalam panggung ini. Ketika drama atau peran kita sudah selesai, yaudah properti yang kita gunakan dalam drama akan di kembalikan ke pemilik properti. Dan kita tidak bisa mengklaim bahwa itu adalah milik pribadi. 

Ini memang konsep yang sebetulnya sederhana tapi sangat sulit untuk kita terima. Tapi terlepas dari semua kesimpulan yang ada, pada akhirnya kita pun akan memahami bahwa kesempuraan dalam bersikap untuk menerima kenyataan yang pahit memang tidak semua orang memiliki kapasitas itu atau bahkan mungkin tidak ada kalaupun ada mungkin tidak secara konsisten. Kita hanya bisa berusaha untuk mencapai atau mendekati setidaknya setengah dari kesempurnaan itu. 




Kamis, 01 September 2022

Terlatih dan terdidik - 3 Idiots (Phunsukh Wangdu)

Ini adalah Universitas, bukan panci bertekanan. 

Bahkan singa sirkus pun belajar untuk duduk hanya karena takut di cambuk. Kita boleh sebut mereka terlatih, tapi bukan terdidik.


( Phunsukh Wangdu - 3 Idiots )

Kepribadian kita yang sekarang ini sebetulnya apakah hasil dari terlatih atau terdidik ? 

—------

Di zaman gw dulu, sering kita lihat orang tua lebih memilih untuk memukul atau membentak anaknya kalo ngga nurutin perintah orang tuanya atau ketika mereka bandel. Sebagian dari anak2 di zaman itu memilih merasa takut dengan perlakuan seperti itu, artinya yah nurut aja dan sebagian lagi memilih untuk jadi lebih bandel, alasan paling umum yah karena mereka ingin merasa lebih bebas aja. Tapi setelah dewasa kita akan tahu bahwa orang tua kita itu sebetulnya sayang dengan segala jenis kekurangan dan kebandelan yang kita punya pada saat itu, hanya saja kita bisa bilang bahwa caranya yang kurang tepat. Dan kita harus mewajari itu, selama apa yang mereka lakukan bukan tindakan kriminal dan punya tujuan yang sebenernya baik.

Nah cuplikan dari film 3 Idiots tadi menggambarkan cara orang tua melatih kita untuk melakukan hal-hal benar menurut versinya yang mereka pahamin. Dominasi sikap yang ada pada era itu yah memang seperti itu, kita dilatih untuk membiasakan diri pada tekanan yang akan membentuk kita menjadi pribadi yang tangguh dan tahan banting. Dengan harapan kita bisa menjadi salah satu orang yang sukses. Menurut pemikiran dari banyak orang tua kita itu sukses bisa di terjemahkan dengan kata kaya, dan kaya berarti kita banyak uang dengan segala materi-materi yang punya.

Sedangkan sekarang kita mengetahui bahwa kekayaan bukan hanya banyaknya harta yang biasa kita sebut kaya finansial, tapi ada juga kekayaan sosial yanh berarti kita banyak relasi, kekayaan fisik yang berarti kita sehat secara fisik dan kalian harus tahu sehat itu mahal, terus kekayaan intelektual yang berarti kita kaya akan wawasan dan pemahaman, yang terakhir adalah kekayaan spiritual atau bisa kita sebut kaya iman.

Kondisi di era itu ngga kaya sekarang dimana kita udah bisa mengakses dan mempelajari banyak hal yang baik dan benar dari internet atau buku-buku yang bisa kita beli dimanapun. Yah walaupun kita tetep harus melakukan filter informasi. Dan kita juga ngga bisa menyalahkan kekolotan orang tua kita atas ketidaktahuan mereka tentang cara mendidik yang benar karena belum tentu mereka mempelajari tentang itu. Toh kita pun jika ada di posisi yang sama pun belum tentu lebih baik dalam mengajari anak-anak kita nanti. 

Menurut KBBI kata melatih itu berarti mengajarkan agar terbiasa melakukan sesuatu. Sedangkan kata mendidik itu berarti memberi latihan mengenai akhlak dan kecerdasan. Dari sini kita paham bahwa apa yang orang tua kita lakukan dulu tentang kedisiplian, kerja keras, dan ketangguhan sikap. Itu adalah cara mereka membentuk kepribadian kita untuk menjadi kuat, bersyukurlah bagi kita yang udah di latih dengan keras dan kita bisa bertahan. Karena ngga semua anak bisa bertahan dari sikap keras orang tua dan memilih keluar jalur untuk jadi bandel. 

Yang harus kita pahamin saat ini adalah, kita ngga perlu menyalahakan orang tua manapun ketika kita tidak merasa di didik dengan benar, entah kita merasa tertekan atau merasa tidak bisa bebas untuk memilih jalan hidup. Yakini bahwa Setiap orang tua memiliki pemahamannya masing-masing, tapi di balik itu semua terkadang mereka hanya ingin yang terbaik buat kita. Justru mungkin kitanya yang ngga pernahpeka soal itu karena terlalu fokus pada tekanan dan rasa kecewa, dan memang kita pun lagi mengalami proses perkembangan berpikir. Dimana kita belum bisa memutuskan ini tuh baik atau ngga.

Saat kita sudah menjadi singa yang terlatih, maka sekarang tugas kita sebagai anak yang tangguh untuk mendidik diri kita sendiri. Kita harus mencerdaskan diri dengan belajar banyak hal, menambah wawasan yang bermanfaat dan membangun kepribadian yang berakhlak. Kita sendiri yang harus memulai untuk inisiatif merubah pola yang menurut kita kurang tepat. Dengan begitu kita dapat melengkapi apa yang mungkin belum sempat orang tua kita lakukan di masa kecil kita. 

Jika kita lahir dari keluarga yang kurang santun, maka lakukanlah inisiatif untuk merubah pola yang sudah ada. Perbaiki sikap dan jadikan dirimu sebagai puncak rantai untuk membangun ulang didikan pada anak-anakmu nanti. Begitupun jika kamu lahir dari keluarga miskin, maka belajarlah untuk membangun pribadi yang berkelas. Posisikan dirimu sebagai prototipe untuk dicontoh oleh anak-anakmu nanti. 

Dan hal paling penting yang di sampaikan oleh Phunsukh Wandu adalah jangan pernah kejar kesuksesan, tapi kejarlah kesempurnaan. Meski kita tahu bahwa kesempurnaan adalah hal yang tidak mungkin.




Rabu, 24 Agustus 2022

Menikmati Proses - One Punch Man S2 ( Saitama )

 Jika aku tidak punya ruang untuk berkembang, artinya aku tidak bisa lagi menikmati proses berkembang 

(Saitama - One Punch Man S2 Ep-9)

Pasti lu pernah dong ngerasa bosen, ini hidup gw mau ngapain lagi yah ? Apa gw bakal gini gini aja ?

—-----

Sewajarnya manusia, kita pasti pernah ngerasain bosen dan kejebak di pola rutinitas yang itu - itu aja. Semakin lama kita ngerasain pola itu, yah semakin bosen juga kita ngerjainnya. 

Bagi kalian yang pernah atau sering nonton anime ini One Punch Man, Pasti udah ga asing dengan karakter Utamanya si Botak Terkuat di Bumi. Saitama. 

Kekuatannya yang over power sama sekali ngga bikin dia bangga ataupun seneng saat dia bertarung. Dan justru malah sering kesel karena lawannya selalu kalah cuma dengan satu tinju. Hal ini yang membuat si Botak merasa bahwa level kekuatannya itu udah maksimal yang akhirnya dia kehilangan gairah untuk bertarung. Karena dia berasumsi bahwa dia udah ngga bisa berkembang lagi.

Umumnya kita ngerasa bosen karena udah terlalu sering ngerjain banyak hal yang udah biasa kita kerjain secara berulang - ulang sampai kita ngerasa ahli di bidang itu. Dengan catatan bahwa levelnya itu ga berubah atau ngga meningkat karena mungkin kita udah melewati banyak proses untuk mencapai batas yang kita mampu. Nah itu yang bikin kita tuh ngga ngerasa tertantang lagi. Akhirnya jenuh. 

Dan masalahnya kita sering membuat batasan kita sendiri dan beranggapan bahwa kita sudah berada di puncak dan ini udah cukup. Tapi nyatanya kehidupan ngga akan selalu begitu kan, ada waktunya pasti akan berubah.

Kita bisa aja bilang, udah ngga ada lagi hal yang bisa di capai di zona itu. Hal Itu Bisa jadi bener dan bisa jadi salah. Tergantung apakah kita mau membuka pikiran kita secara objektif, betul ngga kita memang berada di puncak atau sebetulnya kita sedang menutup akses untuk bisa naik ke puncak. 

Saat kita berada di zona aman, kita harus pastiin bahwa ruang yang kita punya memang sudah hampir mencapai batasnya dan memang ngga ada lagi celah untuk kita berkembang disitu, misalnya lu udah terlalu banyak prestasi di perusahaan dan udah ngga ada lagi yang bisa di capai. Tapi sebetulnya kita bisa membuat tantangan sendiri untuk mencapai tujuan tertentu. Bisa buat diri kita sendiri atau buat perusahaan. Atau kita memutuskan untuk keluar dari zona itu karena butuh tantangan baru. Kedua hal ini lebih baik kita lakuin daripada kita cuma stak di satu titik tanpa ada kemauan untuk berkembang lagi.

Berpuas diri memang tidak ada salahnya, hanya saja kita sering ngga memperhatikan situasi yang akhirnya malah bikin kita ketinggalan akibat terlalu santai dan merasa sudah ada di puncak. Apalagi di era sekarang, jika kita tidak mengendalikan teknologi maka kita yang akan jadi mainan oleh teknologi itu sendiri. Misalnya kita punya handphone canggih tapi cuma digunain buat scrolling medsos berjam-jam sambil rebahan bahkan nyempetin waktu untuk julid di kolom komentar. 

Perlu kita tahu juga Internet dan sosial media itu ngga bakal ngebiarin kita istirahat untuk upgrade skill dan kalo kita ngga ngikutin arus itu yah, ,kita cuma bisa jadi penonton yang bisa liat orang ini bisa ini, orang itu bisa itu. dan aku bisa apa yah ?

Kalo kita udah terjebak di zona nyaman, perlahan kita akan sadar bahwa kita kehilangan nikmatnya sensasi saat menyelesaikan tantangan, atau bisa kita sebut proses berkembang. Kita mungkin bisa boong sama orang lain, tapi ngga bisa boong sama diri sendiri saat kita bener - bener ngerasa stak di satu titik. Perasaan ngga nyaman dan kurang PD dan terus-terusan jenuh itu bakal nemenin kita sampe kita bener - bener mutusin untuk mulai melangkah lagi. 

Sampai sini kita paham bahwa kita sebagai manusia butuh tantangan untuk terus berkembang, ga perlu kita tanya sampai kapan kita harus berkembang. Yang perlu kita tanya adalah apakah masih ada tantangan lagi ? 

Kita coba analogiin ke mobile legend, 

Saat kita udah memutuskan bahwa Assasin adalah role yang cocok buat kita mainin. Dan tertantang untuk menjadi Asssasin terkuat di bumi. Terus kita udah jadi assasin terkuat, apakah tantangan akan berhenti disitu ? Nggak, game itu nggak cuma ada assasin doank, tapi ada juga Tank, fighter, mage, marksmen dan support. Lu bisa ganti role dan pastinya cara bermain lu akan berubah. Terus Kalo kita udah nguasain semua role apakah tantangan akan berhenti di situ ? Nggak, kalian bisa coba jadi coach. Melatih para pemain pemula atau membimbing pemain pro untuk jadi juara di kompetisi. Yah dan seterusnya. 

Nah kehidupan juga sama, akan selalu ada tantangan kalo kita membuka pikiran kita untuk mencarinya sendiri. Para ilmuan terdahulu pun seperti itu, melakukan penelitian ini dan eksperimen itu. Mereka membuat tantangan sendiri untuk memenuhi hasratnya supaya mendapatkan kesimpulan yang mereka cari. Sampai mendekati ajal pun bisa jadi mereka ngga akan ngerasain bosen berkepanjangan karena merasa tantangannya belum selesai. 



Sabtu, 06 Agustus 2022

Batas Perjuangan - Catch Me if you can ( Frank Abagnale )


Pernah ga sih lu mikir kok temen gw lebih sukses yah, padahal kita punya kemampuan yang ga jauh beda atau mungkin lu ngerasa lebih kompeten ?

Catch me if you can, film ini diambil dari kisah nyata yang menceritakan seorang penipu profesional  yang kemampuannya di akui oleh FBI. Dan karena kemampuannya itu dia malah jadi salah satu agen FBI untuk memecahkan banyak kasus penipuan. Sangat menginspirasi kan khususnya para penipu !

Di awal cerita kita di sajikan oleh pidato dari Frank Abagnale dengan kalimatnya yang populer dan membuat seorang anak sangat bangga dengan ayahnya kira kira begini bunyinya : Dua tikus kecil jatuh ke dalam ember berisi krim. Tikus pertama dengan cepat menyerah dan tenggelam. Tikus kedua tidak mau berhenti. Dia berjuang sangat keras sehingga akhirnya dia mengaduk krim itu menjadi mentega dan merangkak keluar. Sampai saat ini, saya adalah tikus kedua itu.

Pepatah itu menjelaskan betapa pentingnya sebuah perjuangan atau usaha bagi seseorang untuk bisa sukses atau bertahan hidup. 

Analogi ini sangat tepat untuk menjelaskan bahwa pada saat-saat tertentu kita jatuh ke medan yang sama, tantangan yang sama dan kondisi yang sama dengan seseorang atau banyak orang sekalipun. Tapi hanya salah satu dari kita yang bisa sampai di titik sukses dan yang lain tidak. Setelah banyak hal terjadi, ternyata fakta membuktikan bahwa perjuangan kita tidaklah sekeras yang lain atau sebaliknya. Mungkin data statistik bisa membuktikan bahwa  kamu lebih kompeten dari orang lain untuk melakukan banyak hal. hanya saja kamu cepat lelah dan mudah untuk menyerah di saat yang lain masih berjuang tanpa melihat hasil.

Di dunia nyata memang kita ga bisa menebak sampai kapan kita harus berusaha dan memang inilah tantangan yang sebenarnya, kita tidak sedang membaca buku yang bisa langsung kita lihat halaman terakhirnya seperti apa dan bisa langsung baca kesimpulan dari buku itu, yang jelas bahwa apapun usaha yang kita lakukan jika itu hal baik yah sah sah aja sih jika kita terobsesi. Kecuali jika apa yang kita lakukan sudah keluar jalur dari cara yang benar untuk mencapai tujuan itu. 

Bicara soal soal Tikus kedua dalam pepatah tadi, disini kita sama - sama paham bahwa tikus kedua itu ngga ngerti bahwa krim itu bisa menjadi mentega yang ternyata bisa menyelamatkan hidupnya. Tikus kedua itu hanya tahu dia cuma harus bergerak sampai dia selamet. Nah, Ini juga mencerminkan kehidupan kita dimana kita tuh kadang - kadang ngga pernah tau apa yang udah kita lakuin secara konsisten ternyata bikin keajaiban di masa depan yang kita tuh ngga akan kepikiran bahwa itu malah bisa menolong hidup kita suatu saat nanti. 

Yang kita tahu bahwa apa yang kita lakukan adalah hal yang baik dan berjuang di jalan yang benar yaudah lanjut aja. Si tikus pun hanya tahu bahwa krim itu bisa menjadi mentega setelah dia keluar dari ember. Barulah sang Tikus paham sampai mana kita harus berjuang dan sangat menyayangkan tikus lain menyerah terlalu cepet tanpa melihat keajaiban dari sebuah mentega.

Ada banyak contoh yang bisa kita katakan mirip dengan kondisi pepatah ini saat kita bertarung dengan dunia nyata, misalnya persaingan untuk melamar kerja, pesaingan dagang, atau persaingan bagus bagusan rumput dengan tetangga #EHH#.

Yah intinya kita bisa ambil kesimpulan dari pepatah ini bahwa konsisten dalam berjuang itu adalah bagian dari kemampuan kita yang mungkin ga pernah kita anggap sebagai kemampuan. Kita sering terlalu fokus untuk memperbaiki kelebihan dan menutupi kekurangan, tapi lupa untuk melatih konsistensi yang sebenarnya menjadi faktor penentu juga. 

Dan sekali lagi kita sama - sama tau bahwa berjuang adalah kalimat dasar dari sebuah kesuksesan dan bertahan hidup, tapi hal yang ngga kita paham adalah seberapa kuat kita bisa bertahan dari konsistensi itu sendiri. Jawabannya yah ngga ada yang tahu kecuali Tuhan dan diri kita sendiri. Sama kaya pertanyaan seperti ini “Bagaimana kita menghadapi ujian yang berat dalam kehidupan ?”. Yah jawabannya adalah sabar dan terus berusaha melakukan apa yang kita bisa. 

Kita mungkin ngga akan puas dengan jawaban itu karena itu bukan jawaban untuk orang - orang yang lagi putus asa dan butuh motivasi. Terus bisa aja kita menganggap kesabaran kita udah sampai pada batasnya. Kita butuh jawaban pasti soal kita kenapa kita seprti ini , harus apa, dan gimana caranya. Makanya kita ngga akan puas hanya dengan jawaban Sabar. 

Tapi yang belum kita sadari adalah di balik jawaban dari sabar yah memang itu jawaban paling tepat sama seperti, 

Duh laper nih, yah makan.  Duh haus nih, yah minum.   Duh baterai HP gw habis lagi, yah di Charge. 

Kalo kita punya prinsip makan untuk mengurangi rasa lapar kita ngga akan bertanya makan apa yah yang enak, dan kalo kita punya prinsip minum untuk mengurangi rasa haus kita ngga akan bertanya minum apa yang enak yah. Begitu juga kalo kita mau nggecas hp supaya tetep hidup yah kita ngga akan bertanya ngecas dimana nih yang bisa sambil main game.

Nah sama juga tuh kalo kita punya prinsip bahwa kita bersabar dan berusaha untuk bertahan hidup. Yah Kita ga akan tanya Sabar yang gimana, atau berjuan yang kaya gimana. Prinsip kita sendiri yang akan nuntun diri kita sendiri  mau sabar sampai mana dan perjuagnannya harus seperti apa.