Kamis, 04 Februari 2021
Menerima Penderitaan
Rabu, 03 Februari 2021
Terang dan Gelap
Seringkali kita mengalami konflik intrapersonal
mengenai sebuah pilihan yang bahkan kita sendiri tidak tahu apakah ini berujung
atau tidak, apakah kita memang harus memilih atau tidak. Dan sering juga kita
dibuat gelisah jika memikirkan itu sepanjang waktu tanpa tahu apa yang harus
dilakukan. Kemudian berakhir dengan kalimat tanya “untuk apa ini dipikirkan ?”.
Pada dasarnya manusia adalah orang baik, namun
latar belakang dan pengalaman yang tidak menyenangkan melunturkan kebaikan
seseorang sehingga membuatnya tidak bisa melawan kegelapan di dalam dirinya. Atau
bahkan sensasi positif yang berlebihan pun dapat memberi celah bagi seseorang untuk
menggelapkan kepribadiannya seperti kekayaan yang melimpah memudahkan sisi
gelap manusia untuk mengambil alih dan berakhir dengan kesombongan. Hal
tersebut memberi pengertian bahwa kehidupan memiliki orientasi mengenai arah
yang dituju manusia apakah akan ke sisi gelap ataukah ke sisi terang atau
sederhananya kita hanya bisa memilih menjadi orang baik atau tidak baik. Gambaran
kehidupan manusia memang sesederhana itu. Tapi, proses dari perdebatan batin
yang manusia alami sampai ia mencapai titik kesadaran tidaklah sesederhana itu,
melainkan sangat kompleks. Sama halnya dengan ilmu psikologi yang menjelaskan
mengenai kepribadian manusia, tak akan cukup untuk menjelaskan secara rinci
pada satu buku saja.
Kita telah melupakan hal penting mengapa
manusia diciptakan dengan derajat yang lebih tinggi dari malaikat. Yah,
kehendak. Kita diciptakan dengan fasilitas yang luar biasa yaitu kehendak untuk
melakukan apa yang kita mau, meskipun itu berarti bahwa kehendak juga merupakan
kelemahan manusia karena melemahkan konsistensi dalam berbuat hal positif. Kehendak
tidak hanya membebaskan kita dari belenggu terhadap pilihan untuk menjadi baik
atau tidak, tetapi juga membebaskan kita dari banyak aspek seperti bebas
memilih peran. Kita bebas memilih mau menjadi apa dan sebagai apa kita hidup. Menjadi
orang baik tanpa tahu apa yang harus dilakukan sama saja seperti menggunakan garpu
untuk menyendok nasi. Untuk itu kita perlu menetapkan peran apa yang cocok bagi
diri kita. Karena jika kamu hanya berputar dalam persoalan untuk menjadi orang
baik atau tidak, itu tak akan ada habisnya. Selain dua pilihan tersebut, ada
banyak peran yang bisa kita tempati sebagai pilihan alternatif untuk
menghentikan perdebatan batin mengenai “sisi terang dan sisi gelap”. Peran yang
cocok pun secara otomatis akan menuntun dirimu untuk mencapai sisi terang,
meskipun tetap harus melewati jalan yang panjang dan banyak godaan. Tidak perlu
terjebak pada konsistensi yang tidak bisa kita kendalikan sebab sifat manusia
memang dinamis dan fleksibel dan suatu saat kita pasti akan melakukan
kesalahan. Jadi fokus saja pada peranmu dan pilihlah yang tepat.
Jika kamu pandai berbicara jadilah
motivator, jika pandai menulis buatlah buku untuk memberikan pesan positif
untuk banyak orang, jika kamu ingin jadi dokter bantu lah pasien sebisa mungkin
dengan kemampuanmu dan seterusnya. Yang penting kamu harus ingat bahwa kamu
tidak bisa menolong semua orang, jangan jadikan peran sebagai beban karena
dalam Al-Qur’an pun menerangkan bahwa jika kamu menolong satu orang maka kamu
seperti menolong semua orang.
Selasa, 02 Februari 2021
Apa Yang Kamu Punya
![]() |
Satriawan - 4 Desember 2012 |
Prinsip hidup setiap orang memang memiliki dimensinya masing-masing. Kita tidak bisa menyatakan bahwa si A memiliki prinsip yang paling benar dan si B memiliki prinsip yang paling buruk. Banyak orang memiliki prinsip berdasarkan pengalaman masing-masing entah itu pengalaman indah atau pengalaman buruk. Misalnya saja jika keluargamu pernah menjadi korban ketidakadilan hukum, maka prinsip mengenai keadilan bisa saja menjadi pedoman berpikirmu bahkan untuk segala aspek kehidupan. Hal itu disebabkan oleh latar belakang pengalamanmu mengenai ketidakadilan.
Berada di zaman dimana prinsip anak muda dikendalikan oleh prinsip kolot memang menyebalkan. Yah coba bayangkan, kamu memiliki satu keinginan untuk menjadi musisi namun orang tuamu memaksamu untuk menjadi dokter karena prinsip ayahmu mengenai “kesejahteraan datang dari uang” maka kamu harus kaya untuk mensejahterakan dirimu. Atau ketika kamu memiliki kehidupan yang sederhana dan kamu merasa nyaman dengan keadaanmu, tapi orang-orang disekitarmu sering beranggapan bahwa kamu ketinggalan zaman karena prinsip mereka yang terlalu maju kedepan tanpa melihat keadaan yang sebenarnya. Atau ketika kamu merasa bahwa apa yang kamu lakukan untuk tujuan pribadimu bisa mengatasinya sendiri selama kamu mampu, namun orang-orang terdekatmu menilai bahwa dirimu angkuh.
Itu semua terjadi karena perbedaan prinsip. Tapi hal yang harus diingat adalah mereka tidak salah. Mereka hanya memegang prinsip yang tidak sama dengan kamu. Itu saja.
Yang jelas kamu adalah peran utama dalam duniamu sendiri. Sesekali kita memang harus membiarkan orang lain mencampuri urusan kita, anggap saja sebagai pembanding. Tapi kita tidak bisa bergantung pada kemampuan orang lain jika hal tersebut menghambat perkembangan dirimu sendiri. Semakin sering kamu bergantung pada kemampuan orang lain, maka semakin kamu menunjukkan pada dunia bahwa kamu tidak memiliki apa-apa. Kamu harus tau bahwa konsep kerja sama bukan berarti bahwa orang lain akan menutupi kemampuan yang lain, tapi melengkapi sesuatu yang kosong atau membagi posisi untuk tujuan tertentu.
Apapun pedoman berpikir yang kamu miliki, jika kamu rasa itu adalah hal baik maka genggamlah prinsip itu meskipun kamu dianggap aneh. Biarkan orang lain mengkritik tapi jangan biarkan mereka mengusik. Saya pribadi suka menonton anime yang katanya hanya tontonan anak kecil. Yah biarkan mereka mengkritik, yang jelas semua kata-kata bijak dalam anime, pembahasan topik yang berat, dan konsep berpikir yang disajikan pada anime tidak lah dimengerti anak kecil. Itu yang tidak diketahui oleh orang yang makan sambal tapi benci dengan cabai.
Senin, 01 Februari 2021
Indera Yang Tak Berfungsi
Apa yang kamu pikirkan tentang indera yang kamu miliki
?. Ciptaan Tuhan paling hebat yang melebihi teknologi apapun yang ada di dunia
ini. Terima kasih Tuhan atas nikmat-Mu. Jadi apa yang membuat manusia tidak
memanfaatkan teknologi canggih ini untuk hal-hal yang indah ?.
Kita telah
diberi akal dan pikiran dengan kerumitan yang sangat luar biasa, tapi yang sering
terjadi adalah kita sebagai manusia melakukan kebodohan atas kepintaran yang
kita miliki. Ini yang membuat manusia sangat menarik. Kita lebih sering menggunakan
indera yang kita miliki berdasarkan apa yang kita inginkan dan apa yang kita
ketahui. Saat berjalan berkilo-kilo meter di wilayah gersang sedangkan kita
sangat haus, mata dapat merefleksikan hal yang kita inginkan seperti air,
pepohonan dan sebagainya. Mata kita tertipu oleh keinginan yang sebenarnya
tidak nyata.
Kita sering
menyangkal apa yang kita dengar dari beberapa sumber ketika informasi tersebut
berlawanan dari apa yang kita yakini. Anggap saja kamu meyakini bahwa bumi itu
datar, apapun informasi yang kamu dengar tentang teori “bumi itu bulat” akan
kamu abaikan karena tidak sejalan dengan pikiranmu atau bahkan kamu akan
mencari pembelaan lain untuk mematahkan teori tersebut meskipun sebenarnya teori
yang kamu abaikan adalah sebuah fakta. Atau ketika kamu memiliki hubungan dengan
pacarmu yang sudah berlangsung selama tujuh tahun, tiba-tiba temanmu mengatakan
bahwa pacarmu berselingkuh. Apakah kamu langsung percaya ?. Meskipun apa yang dikatakan
temanmu itu benar, kamu tidak mau mendengar itu. Itulah penyebab telingamu
tidak berfungsi saat itu.
Intinya
adalah manusia memang memiliki pola emosi yang tidak tetap tapi juga tidak
fleksibel karena dibutuhkan keahlian dalam mengatur emosi atau kita sebut
kecerdasan emosional. Indera pemberian Tuhan sangat lah sempurna, hanya saja
kita yang kurang memahami cara menggunakannya. Ada saat dimana indera kita sama
sekali tidak berfungsi meskipun tidak rusak, dan ada juga saat dimana indera
kita berfungsi dengan baik meskipun dalam keadaan rusak. Logika dan perasaan
manusia adalah alat kemudi yang dapat mengendalikan indera dengan baik. Logika
dapat mengarahkan indera menuju jalan yang disebut kebenaran, perasaan dapat
menuntun indera menuju jalan yang disebut kebaikan. Asal keduanya seimbang,
hidupmu tidak akan tersesat.