![]() |
Cinta dan Iman
Masa pubertas adalah masa dimanapun hati para remaja mengalami cuaca ekstrem, tidak tahu kapan terjadi tekanan batin yang sangat mengguncang hati dan tidak tahu kapan akan merasakan hati seolah terbang layaknya burung yang sedang mengitari pegunungan. Masa dimana kita akan sangat antusias terhadap apa yang diinginkan dan masa dimana kita terlalu rapuh untuk menerima kenyataan pahit.
Ada banyak pemuda yang benar-benar menjadi manusia setelah merasakan sakit dari cintanya yang begitu dalam namun tidak sesuai dengan harapan yang ada di kepalanya. Ia menerima dan menyadari bahwa sakit yang dialaminya memang bagian dari proses kehidupan yang memang harus ada. Namun ada banyak juga pemuda yang selalu berhasil menuliskan cerita romansa pada lembaran kehidupan dengan sangat berwarna.
Dibalik itu semua, ada proses perdebatan hati yang membagi dua jalur berlawanan dimana kita tidak bisa melewati keduanya secara bersamaan. Mengejar cinta yang bersifat dunia dan mengejar iman yang bersifat akhirat. Tanpa pernikahan, keduanya tidak bisa berjalan bersamaan. Cinta itu buta, makna yang benar-benar kita pahami tapi kita sendiri tidak menyadari kapan kita akan buta saat kita mencintai seseorang. Ketika cinta sudah menjadi ambisi bahkan kita lupa apakah kita sedang buta atau tidak. Prinsip cinta yang kita pegang akan sangat kuat bahkan hal-hal yang diucapkan sahabat, orang tua, kerabat dan orang-orang terdekat lainnya akan menjadi angin tanpa suara ditelinga kita. Bahkan mungkin kita lupa memiliki Tuhan.
Ketika kita sebagai manusia memperdebatkan cinta dan iman, mungkin tidak akan menemukan titik tengah. Yang harus kita lakukan hanyalah bersabar dan menunggu kesiapan mental untuk mengakhiri debat dengan pernikahan dimana kita tak perlu berdebat mana yang lebih utama. Pernikahan akan mengakhiri semua konflik batin dan menyeimbangkan antara iman dan cinta berjalan bersama dengan jalurnya masing-masing.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar