 |
Satriawan - 13 Mei 2014 |
Menyadari Potensi
Apakah kita dilahirkan dengan bakat tertentu yang sudah menempel sejak lahir atau lingkungan yang membentuk bakat yang kita miliki ?. Kita beruntung ada di zaman dimana ilmu pengetahuan sudah berkembang. Para ahli terdahulu telah banyak melakukan penelitian demi masa depan agar generasi selanjutnya dapat mengungkap lebih lanjut segala hal yang belum diketahui. Dalam hal ini, kita membahas tentang bakat individu dengan mengutip pendapat para ahli sebagai perwakilan dari tiga aliran yaitu Nativisme, Empirisme dan Konvergensi.
Avram Noam Chomsky seorang ahli Linguistik yang mendukung aliran Nativisme menyatakan bahwa perkembangan individu semata-mata dipengaruhi oleh bawaan sejak lahir, tapi sayangnya teori ini tidak menemukan fakta yang akurat. Berbeda dengan Chomsky, John Locke yang menganut aliran Empirisme berpendapat bahwa perkembangan seseorang semata-mata dipengaruhi oleh faktor lingkungan sedangkan faktor bawaan sangat tidak berpengaruh. Namun realita berkata lain karena ada banyak anak-anak yang lahir dengan segala fasilitas yang ada dan lingkungan yang baik namun tetap mengalami kegagalan sehingga teori ini tidak tahan uji.
Louis William Stern merupakan tokoh utama dari aliran Konvergensi yang menggabungkan kedua aliran sebelumnya. Aliran ini berpendapat bahwa bakat mungkin telah dimiliki oleh setiap individu namun berkembang atau tidaknya dipengaruhi oleh lingkungan. Teori inilah yang paling logis jika dibandingkan keduanya, karena realita membuktikan bahwa tidak semua anak yang terlahir miskin tanpa fasilitas akan tetap menjadi miskin karena tidak berkembang, begitu juga sebaliknya.
Dari teori di atas kita dapat membuat kesimpulan dan harus bisa berpikir bahwa tidak perlu mengeluh jika kita memang tidak memiliki fasilitas sebagai sarana untuk mengembangkan potensi yang kita miliki, cukup memfokuskan diri apa yang kita bisa lakukan untuk mengembangkan potensi kita. Tidak perlu terpaku dengan fasilitas yang dimiliki secara umum dan mengikuti tren. Manfaatkan apa yang ada di sekitarmu.
Dulu, saya punya kebiasaan menghabiskan uang jajan untuk ke warnet. Tapi tidak untuk main game, untuk mempelajari bagaimana membuat blog. Di saat orang lain pergi ke warnet hanya untuk main game, saya menghabiskan waktu selama dua tahun hanya untuk memahami apa itu blog. Bersamaan dengan itu, saya juga belajar banyak tentang dunia internet. Yang saya tahu, saya tidak pernah menyesal karena kehilang sedikit waktu main pada saat itu dan dua tahun itu tidak sia-sia. Sekarang saya paham untuk apa dulu saya melakukan itu. Kita tidak membutuhkan sebuah laptop jika ingin mahir menggunakan laptop, begitu juga saat kamu punya keinginan untuk bisa mengendarai motor, apakah harus punya motor terlebih dahulu ?. Aku rasa tidak, hehe.
Perhatikan apa yang sering kamu lakukan dan amati setiap kegiatan yang kamu senang saat melakukannya dan berhasil atau kamu PD dengan hal itu. Bisa jadi kamu memiliki potensi yang unik dan tidak kamu sadari. Yang harus kita tahu adalah tidak ada bakat yang tidak berguna, hanya saja kamu belum menemukan waktu dan tempat yang sesuai untuk bakatmu.
Meramal Masa Depan Dengan Mimpi
Berimajinasi tentang mimpi, kita sering menempatkan diri kita seolah-olah kita sudah mewujudkan mimpi itu. Merasakan sensasi indahnya hidup yang dikagumi banyak orang saat menjadi selebriti, atau membayangkan ada di Turnamen Internasional saat menjadi Gamer E-Sport. Seolah-olah kita sudah melihat masa depan dan meramalkan hal itu. Yah, nikmat sekali. Hal-hal seperti itu yang terbayang ketika kita melihat mimpi yang sudah kita genggam, semakin lama kita membayangkan itu maka semakin kuat mimpi itu kita genggam.
Saat kita mulai yakin dengan mimpi itu dan merasa bahwa itu realistis, kita mulai melihat ide-ide yang muncul secara tiba-tiba dan merangsang otak menggerakkan tubuh kita untuk menerapkan ide-ide itu. Namun apa yang terjadi ?, kita sering dibantah oleh pepatah-pepatah yang menurunkan mood seperti,”hidup itu keras” atau “menggapai mimpi itu tidak mudah”. Yah, saya hanya bisa mengatakan itu benar. Tapi yang dibutuhkan mimpi bukanlah sebuah kebenaran dan logika. Yang kita butuhkan adalah bahan bakar untuk tetap menjaga mood untuk tetap berada di jalur mimpi yang sudah kita buat. Carilah hal-hal yang dapat membuat mood kamu tetap terjaga entah itu orang yang sering mensupport kamu, atau aktivitas yang dapat memberimu semangat dan hal lainnya. Konsisten menjaga mood untuk terus berada di jalur itu sangat penting, asalkan jangan terlalu ambisius. Seperti kata pepatah, menggenggam pasir sangat kuat hanya akan menjatuhkan pasir itu kan.
Menemukan Jalur
Percaya atau tidak saat kamu mulai berkhayal tentang cita-cita, setidaknya ada gambaran apa saja yang kamu butuhkan dan harus dilakukan. Ide-ide itu akan membentuk jalur, mungkin kita tidak bisa langsung melihat garis finish pada jalur itu, tapi kita bisa memastikan bahwa jalur-jalur itu terbagi ke dalam beberapa tahap dan hanya kamu yang dapat memastikan itu. Saat itulah kalian sedang menyusun takdir kalian sendiri. Selesai atau tidak, melenceng atau tidak, kalian lah yang memutuskan.
Kamu adalah pemeran utama dalam skenario yang masih berbentuk naskah itu. Jika Tuhan sudah acc maka kamu akan mudah untuk mencapai itu. Akan tetapi jangan pernah kecewa jika jalurmu tiba-tiba berubah untuk suatu alasan yang mungkin lebih penting dari pada mimpimu itu sendiri. Kita hanya harus berpikir bahwa naskah kita sedang di revisi oleh Tuhan, mungkin ada beberapa jalur yang tidak tepat atau tidak kamu butuhkan dan sebagai gantinya Tuhan menyiapkan jalur lain yang tetap terhubung ke garis finish. Di momen ini kita sering beranggapan bahwa kita gagal, kemudian berprasangka buruk pada Tuhan dan godaan untuk menyerah mulai berdatangan. Di titik inilah banyak orang yang kehilangan mimpinya, padahal Sang Produser (Tuhan) hanya sedang merevisi sedikit naskah yang kita susun agar skenario jadi lebih berkualitas untuk kamu ceritakan pada anak-anakmu nanti atau setidaknya sebagai warisan hidup untuk dipelajari oleh anak-anakmu.
Sumber :
Baharuddin, 2010, Pendidikan dan Psikologi Perkembangan, Meita Sandra, Ar Ruzz Media, Yogyakarta