Senin, 09 Agustus 2021

Buku Pesan Dari Angin

 



Pesan Dari Angin

Penulis : Awan

Ukuran : 14 x 21 cm

ISBN : 978-623-6449-57-8

Terbit : Agustus 2021

Harga : Rp 84000

www.guepedia.com


Sinopsis :


Masa muda adalah masa dimana kita sering merasakan cuaca ekstrem yang membuat pendirian kita tidak stabil, di sisi lain kita mempelajari banyak hal-hal baru tentang arti kehidupan berdasarkan pengalaman yang kita terima. Menafsirkan setiap kejadian berdasarkan persepsi yang kita miliki dengan pengetahuan yang ada. Buku ini adalah kumpulan catatan berdasarkan kesimpulan dari banyak kejadian yang saya alami.  Saya ingin berbagi tentang sudut pandang ini, berharap saya bisa bertukar pikiran dengan pembaca untuk menyempurnakan makna tentang isi buku ini. 


www.guepedia.com

Email : guepedia@gmail.com

WA di 081287602508

Happy shopping & reading

Enjoy your day, guys


Link Produk :

TOKOPEDIA

 https://tokopedia.com/guepedia/buku-self-improvement-pesan-dari-angin-guepedia


BUKALAPAK

https://www.bukalapak.com/p/hobi-koleksi/buku/pengembangan-diri/4g9g75s-jual-buku-self-improvement-pesan-dari-angin-guepedia


GUEPEDIA STORE

https://guepediastore.com/products/6483472/pesan-dari-angin


SHOPEE

https://shopee.co.id/Buku-Self-Improvement-Pesan-Dari-Angin-Guepedia-i.3104041.6897070193?position=0


FACEBOOK

https://www.facebook.com/guepediapenerbit/shop/

Selasa, 03 Agustus 2021

Berpindah Scene

 
Satriawan - 13 Desember 2015



Scene Abadi
Manusia pasti berubah, maksudnya bukan evolusi yah. Selama kita hidup, hampir setiap harinya kita menerima informasi, mengalami peristiwa dan belajar sesuatu. Selama proses itu terjadi sampai sekarang, mungkin kita tidak bisa menghitung berapa kali kita berubah baik itu pandangan hidup, persepsi, prinsip dan tujuan hidup. Setiap berpindah dari lingkungan satu ke lingkungan lainnya kita pasti menerima sudut pandang baru yang berbeda dari lingkungan sebelumnya. Saat kita hidup di lingkungan dengan orang-orang yang tidak ramah, saat itu kita bisa berpikir hidup ini begitu liar. Kemudian kita pindah ke tempat yang nyaman dengan orang-orang yang ramah, barulah kita berpikir bahwa hidup ini indah.
Pernahkah kita memiliki sahabat, geng atau komunitas yang membuat hidup kita lebih berarti. Aktivitas yang kita lakukan serasa tidak akan pernah bosan. Keadaan dimana kita saling support satu sama lain dan zona nyaman itu sulit kita tinggali. Tapi kita harus mengetahui bahwa tidak ada yang abadi seperti yang dikatakan Peterpan dalam lagunya. Suatu saat, satu persatu teman kita akan membuat keputusan untuk memilih jalan hidup yang ia pilih sehingga waktu luang yang mereka miliki tidak akan seperti biasanya. Kita tidak bisa menghalangi mereka hanya karena kita tetap ingin bersama selamanya. Suatu saat kita pun akan memilih jalan hidup kita sendiri.
Pada saat kita bersikap terlalu berlebihan pada zona nyaman itu, kita akan sulit untuk menerima perubahan yang terjadi di sekitar kita. Akhirnya kita mulai berburuk sangka kepada teman kita sendiri dan beranggapan bahwa mereka meninggalkan kita. Padahal yang terjadi adalah mereka hanya berusaha melanjutkan hidup mereka ke tahap berikutnya. Mereka mulai menyadari bahwa kisah persahabatan mereka sudah berada di ujung episode. Sekarang waktunya berganti episode. Bukan berarti bahwa persahabatan mereka harus berakhir, tapi hanya berganti tema untuk season berikutnya. Kemarin adalah season tentang persahabatan, maka selanjutnya adalah season tentang dunia kerja atau menggapai cita-cita. Dalam film, jika season berganti fokus ke dunia kerja maka tema sebelumnya yaitu scene tentang persahabatan akan kurang disorot. Iya kan. Kurang lebih begitulah siklus hidup kita.
Fokus terhadap jalan yang dipilih bukanlah tindakan egois karena mereka kurang memiliki waktu untuk kita sebagai sahabat. Kita hanya harus mulai membiasakan diri dari perubahan ini. Mungkin selanjutnya adalah kita yang akan mengambil jalan selanjutnya.

Bertarung Dengan Perubahan
Siklus perubahan dalam hidup kita akan terjadi mungkin tidak hanya sekali atau dua kali, tapi akan terus terjadi sampai hidup kita benar-benar menyadari bahwa sebentar lagi waktu kita akan habis. Beradaptasi dengan perubahan adalah syarat mutlak bagi kita untuk tetap menjalani hidup. Kita tidak bisa menyalahkan faktor-faktor luar yang menyebabkan ini dan itu dan berdampak pada kehidupan kita. Cepat atau lambat kita pun akan menyadari bahwa faktor terbesar yang mempengaruhi hidup kita adalah diri kita sendiri.
Sikap kita terhadap perubahan akan menentukan seperti apa kita nanti, apakah kita akan bertahan atau hanya diam melihat perubahan dan sekedar menonton orang-orang di sekeliling kita yang sedang berlomba-lomba untuk mencapai sesuatu. Kemudian menyalahkan keadaan atas ketidakmampuan kita.
Tuhan memberikan kita panggung kehidupan dengan peran yang bisa kita pilih tanpa audisi. Kita hanya harus melakukan yang terbaik. Jangan terjebak pada satu scene dalam kehidupan, nanti film yang kita perankan tidak akan pernah selesai. Scene tentang masa kecil, masa pubertas, persahabatan, cinta bukanlah scene yang abadi. Kita hanya perlu menikmati prosesnya, selesaikan setiap episode dengan baik. Buatlah kisah itu menjadi happy ending dengan epilog yang mengesankan.

Fase Labil Pada Hubungan

Satriawan - 23 Agustus 2015


 Cinta Yang Menguntungkan

Hal pertama yang kita pikirkan tentang menjalin suatu hubungan pasti hal-hal indah yang akan kita lakukan nanti seperti malam mingguan, romantis-romantisan, telpon-telponan, liburan bersama, yah banyak lah pokoknya. Dan tidak mungkin juga kita mengharapkan adanya beban pikiran saat menjalin hubungan. Meskipun kita pasti tahu bahwa setiap hubungan punya rintangannya masing-masing dan kita sudah tahu dari awal. Tapi rintangan itu tidak akan berarti ketika kita membayangkan yang indah-indah terlebih dahulu. Iya kan.

Bagi penggemar drama khususnya Drakor, pasti sering memperhatikan bahwa cinta memiliki energi tersendiri. Energi itu mampu memodifikasi batas kemampuan seseorang untuk melampaui batasan kemampuannya. Percaya atau tidak, itu memang terjadi. Kita ambil contoh, saat kita bermain sepak bola (bagi cowok), kita akan mendapatkan energi lebih atau sangat bergairah untuk bergerak saat ada doi lagi nonton. Pasti pernah dong. Atau bisa juga sebaliknya, emosi kita tidak bisa dikontrol akhirnya gugup jadi salting (salah tingkah). Itu berarti bahwa setiap hubungan yang kita jalani, kita berharap adanya hal positif yang dapat kita rasakan. Termotivasi untuk tetap menjalani hidup yang membosankan atau mengisi kekosongan karena kita adalah penyendiri. 

Beda lagi ceritanya jika kita memiliki hubungan namun seperti beban dalam hidup. Salah satunya adalah ketika cinta kita bertepuk sebelah tangan atau kita yang terlalu berlebihan mencintai seseorang. Saat kita terlalu ambisius terhadap seseorang, kita cenderung posesif sama si doi dan membuatnya tidak nyaman. Baik dari kamu ataupun dia akan menganggap bahwa hubungan ini adalah beban yang selalu mengganggu pikiran. Jika ini diteruskan dengan waktu yang lama tanpa ada perubahan maka hal itu akan jadi tekanan yang mempengaruhi kesehatan pikiran. Kalian harus sadar bahwa hubungan yang tidak memberikan dampak positif dan memberikan semangat hidup sudah tidak bisa lagi disebut dengan cinta. Menderita dalam cinta bukanlah hal wajar jika terjadi untuk waktu yang lama. Maka buatlah keputusan bahwa ada yang harus berubah dari hubungan itu atau memang sudah waktunya ganti season (dia bukan jodoh yang tepat).


Menikmati Proses

Kita menyadari bahwa hubungan tidak selalu soal merasakan sensasi bahagia. Akan selalu ada konflik baik yang terjadi karena konflik dari kedua pihak ataupun dari pihak luar. Mau tidak mau kita harus melewati fase itu untuk tetap bertahan dengan hubungan yang sedang kita jalani. Saat kamu memutuskan untuk bertahan dalam hubungan yang penuh konflik maka nikmati proses itu,  ubah konflik-konflik itu menjadi sebuah tantangan untuk menjadikanmu orang yang lebih dewasa. Pastikan bahwa kamu tidak melarikan diri dari masalah-masalah itu. Saat kamu melarikan diri dari suatu konflik, saya bisa pastikan pola itu akan terulang suatu saat. Maka yang harus kamu lakukan adalah menyelesaikannya. 

Jangan pernah menyesal dengan perjuangan berat yang kamu lakukan untuk menyelesaikan masalah-masalah di masa lalu bersama orang yang kamu sayangi atau bahasa sederhananya “menjaga jodoh orang lain”, kamu tidak perlu merasa rugi dengan hal itu. Berterima kasihlah kepada Tuhan karena memberikan pengalaman berharga setidaknya untuk bekalmu menuju hubungan selanjutnya karena bisa jadi hubungan kamu di masa depan ada pada level yang berbeda dan melebihi apa yang kamu bayangkan. 

Saat dewasa nanti, kamu akan memetik apa yang kamu lakukan di masa lalu. Tidak ada usaha yang menipu hasil kecuali kamu bunuh diri setelah Tuhan memutuskan bahwa kamu akan bahagia besok. Yah tidak ada yang tahu, kita hanya harus berusaha melakukan yang terbaik. Tidak peduli siapa yang akan jadi jodohmu nanti, sikapmu kepada pasanganmu yang sekarang menentukan baik dan buruknya hubungan dengan jodohmu nanti.


Filter Informasi

Satriawan - 12 Juni 2015


 Netizen

     Sosial media saat ini menjadi sebuah wadah bagi para komentator sepak bola, eh maksudnya netizen (sama sih) untuk mengekspresikan apa yang ada dipikirannya. Sedikit saja hal menarik terjadi maka peristiwa itu akan banjir dengan komentar. Yah sebetulnya normal-normal aja. Bisa disebut tidak normal ketika hal itu menjadi rutinitas yang akhirnya membuang waktu dan tidak produktif malahan menjadi hal negatif kemudian kehilangan akal positif.

     Orang-orang yang memiliki visi dalam kehidupannya sangat jarang sekali membuka sosial media untuk hal-hal seperti itu karena ada banyak hal-hal produktif yang harus dilakukan, kecuali mereka sedang gabut aja. Memang pada umumnya saat kita melihat sesuatu yang dapat memancing emosi kita seperti konten yang kita tidak kita suka, kebahagiaan yang membuat kita iri dan perilaku tidak baik dari seseorang, pikiran-pikiran negatif akan membanjiri otak kita seakan mulut kita tidak bisa menahan kata-kata kotor yang mau keluar. Kita dapat memastikan bahwa kita belum menjadi orang baik sepenuhnya ketika tidak bisa memfilter kata-kata apa yang harus keluar dari mulut kita hanya untuk menyinggung seseorang. Itu karena kita tidak bisa memastikan bahwa kita lebih baik dari orang itu. Terlebih kita tidak tau apapun motif dan latar belakang dari perilakunya. Bisa jadi mereka memiliki tujuan yang lebih mulia jika dibandingkan kita yang sibuk dengan produktivitas julid kita.

     Tanpa filter yang dilatih, kita akan kesulitan menampung ratusan hal yang kita pikirkan dan ingin keluar begitu saja. Kita harus memahami bahwa hal-hal yang buruk dan terlintas dalam pikiran kita harus difilter dengan ketat untuk tidak keluar di sembarang tempat. Ketika kita memiliki pikiran buruk tentang seseorang, lebih baik simpan untuk kita sendiri. Kalaupun kita ingin cerita, maka cerita lah pada orang yang tepat yang tidak dengan mudah menyebarkan informasi itu. Karena cerita buruk yang kita sampaikan akan memberi persepsi kepada orang yang kita ceritakan dan akan menjadi masalah yang besar ketika ia menceritakan ke orang-orang lainnya. Sama seperti konsep MLM hanya saja kamu tidak bonus dari downline kamu, tapi mendapatkan dosa.


Filter Informasi

     Di era teknologi ini dimana informasi tersebar luas dengan cepat kita harus bijak dalam memilih apa saja yang bisa kita publikasi. Emosi berbentuk amarah merupakan pintu bagi kata-kata buruk yang akan kita keluarkan. Meskipun tidak mudah, kita tetap harus melihat ke depan tentang akibat dari apa yang kita ucapkan. Kita sudah melihat banyak kasus ujaran kebencian yang akhirnya tertangkap kamera, eh maksudnya tertangkap oleh polisi. Dan kata maaf saat itu sama sekali tidak berguna karena mengarahkan pikiran orang lain untuk berpikir positif tidak semudah mengarahkannya ke arah negatif. Percaya atau tidak, sekali orang lain mengenalmu sebagai pencuri maka selamanya kamu akan dianggap pencuri, sampai persepsi orang itu berubah karena alasan tertentu dan itu tidak bisa berubah begitu saja.

     Jadi, biasakan diri kita untuk tetap diam dan amati terlebih dahulu ketika kita tidak suka terhadap perilaku orang lain. Simpan rasa itu sampai kamu benar-benar menemukan fakta bahwa anggapanmu itu benar. Kalaupun benar, tidak perlu juga kamu publikasi sebab kita tidak akan tahu kapan orang itu akan berubah dan mungkin jadi lebih baik dari kamu sekarang.


Batas Kemampuan

Satriawan - 15 Mei 2015


 Deklarasi Mimpi

     Kita telah banyak melihat orang-orang dengan mimpi mereka yang menjadi kenyataan seperti Mark Zuckerberg dengan Facebooknya, Cristiano Ronaldo dengan sepak bolanya dan Kolonel Harland Sanders dengan restorannya KFC. Mereka adalah orang-orang yang mampu mendeklarasikan mimpi mereka kepada orang lain, tidak peduli betapa konyolnya mimpi mereka bagi orang lain pada saat mereka mendeklarasikannya.

     Kebanyakan dari kita memiliki mimpi dan cita-cita tapi tidak berani untuk membicarakannya kepada siapapun. Berpikir bahwa kita akan membicarakannya setelah itu tercapai, namun pada akhirnya mimpi itu tidak ternah selesai atau berhenti di langkah tertentu. Kita sering kali meremehkan deklarasi penting itu dan menganggap hal itu adalah hal sepele dan tidak penting. Mungkin yang terjadi adalah kita kurang percaya diri dengan mimpi kita sendiri dan takut jika orang lain akan mentertawakan kita.

     Padahal deklarasi adalah simbol dari kemauan kita untuk mengambil langkah awal dari mimpi yang ingin kita capai. Sampaikan deklarasi itu kepada teman-temanmu maka akan ada banyak doa dan dukungan yang membantumu untuk mencapainya. Percayalah bahwa doa dan dukungan memberikan peluang lebih besar untuk mencapai keberhasilan. Abaikan ucapan-ucapan negatif yang ditujukan kepada mimpimu. Kalaupun kamu mengalami kegagalan, itu hanya bagian dari tantangan yang harus kamu lewati. Merasa anehlah ketika kamu tidak pernah gagal.

     Kegagalan adalah keberhasilan yang tertunda, kalimat populer yang diketahui hampir semua orang tapi tidak semua orang dapat memahaminya secara mendalam dan menerapkannya kehidupan. Kita lebih mempercayai bahwa kegagalan adalah akhir dari mimpi. Setelah itu kita akan merubah haluan ke tujuan lain. Yah tidak salah juga sih. Tapi bukanlah hal yang mudah untuk merubah mimpi kemudian memulainya dari awal lagi. Kalaupun kamu berhasil menemukan tujuan hidup yang lain, kamu akan tetap menemukan tantangan yang memiliki peluang untuk gagal. Dan tidak mungkin kamu akan merubah mimpi setiap menemukan kegagalan.


Batas Kemampuan

     Thomas Alva Edison memiliki kebiasaan yang unik, beliau sering memegang piringan logam dan steel ball sebelum ia tidur. Setelah ia tertidur, kedua benda tersebut akan jatuh dan menghasilkan suara yang dapat membangunkannya. Pada saat itulah ia memasuki mode hypnagogia yaitu fase menuju tidur, sebuah transisi antara terjaga dan tertidur. Para peneliti percaya bahwa kondisi tersebut adalah kondisi terbaik dan akan memberikan kita ide-ide cemerlang.

     Kita kesampingkan dulu penjelasan soal hynogagia dan kebiasaan unik Kang Thomas. Yang menjadi perhatian saya adalah niat Kang Thomas untuk memegang dua benda itu. Beliau mengetahui dengan baik tentang fase hypnogagia itu, karena itulah beliau melakukan itu. Ia mengetahui bahwa batas kemampuan normal manusia bisa dimodifikasi dengan berbagai hal dan dia mengetahui itu. Hal yang paling penting adalah dia mau melakukan itu, sesaat setelah bangun akibat bunyi dari dua benda itu ia sesegera mungkin mengambil catatan untuk menyalin ide-ide cemerlang yang ia dapat.

     Thomas Edison membuktikan bahwa batas kemampuan manusia bukanlah soal bisa atau tidak, saat kita memiliki kemauan akan sesuatu, pikiran kita akan mengarahkan jalan apapun bahkan hal yang tidak masuk akal saat itu. Kita hanya akan mengetahui bahwa hal itu masuk akal setelah kita melakukannya atau jauh setelah kamu berhasil barulah kamu menyadari bahwa hal itu masuk akal. Hal-hal logis sering kali membuat kita berhenti untuk melangkah dan memudarkan kemauan kita untuk melakukan sesuatu.

     Ketika saya kehabisan ide untuk melakukan sesuatu, biasanya saya menonton film dengan genre yang saya suka. Tidak perlu film yang serius dan mengandung makna penting. Karena terkadang film-film komedi tanpa makna bisa menjadi inspirasi baik disengaja atau tidak. Pada umumnya seseorang membuat film untuk menyampaikan pesan atau makna yang ada pada film tersebut. Di sisi lain setiap penonton melihat dengan persepsi yang berbeda dari sudut pandang pembuat film. Persepsi inilah yang saya maksud. Ketidaksengajaan membuat kita menerima persepsi lain dari makna yang ingin disampaikan pada film. Kemudian persepsi itu diubah menjadi motivasi si penonton. Ketika kita termotivasi, kita cenderung berpikir positif terhadap banyak hal dan membuka pintu untuk ide-ide yang melintas di pikiran kita.

     Tidak harus pintar untuk bisa mendapatkan kebiasaan menarik yang dapat memodifikasi batas kemampuan kita seperti Thomas, kita mulai saja dari hal-hal kecil yang bisa kita lakukan, seperti yang sedang tren yaitu minum kopi saat senja atau minum kopi saat memulai aktivitas. Kita sudah banyak mengetahui bahwa kopi memiliki khasiat untuk meningkatkan konsentrasi di waktu-waktu tertentu. Coba saja lakukan hal-hal yang kita tahu, yang paling penting adalah kita mau melakukannya, cocok atau tidaknya itu urusan nanti. Suatu saat kita akan menemukan sendiri modifikasi seperti apa yang cocok untuk kepribadian kita. Setiap kali kita memiliki ide cemerlang, perhatikan apa menyebabkan itu terjadi. Perhatikan rutinitas yang kita lakukan, hal-hal apa saja yang dapat menjadi pemicu datangnya ide-ide itu. Kamu pasti bisa menemukannya.


Pustaka :

https://www.studilmu.com/blogs/details/3-cara-unik-untuk-mendapatkan-ide-terbaik


Minggu, 01 Agustus 2021

Mencapai Kedewasaan

Satriawan - 30 April 2015


 Patah Hati dan Kehilangan

     Patah hati atau bahasa inggrisnya “broken liver”, eh salah yah, yaudah lah gpp, merupakan momen dimana kita merasa kecewa yang sangat mendalam. Momen dimana air mata mermaid bercucuran, besi terasa seperti kayu untuk dipukul, tisu bagaikan cemilan yang cepet habis. Setiap orang punya sensasi yang berbeda-beda.

     Kebanyakan orang khususnya pada wanita, patah hati tidaklah seperti angin yang hanya lewat kemudian hilang. Sensasi itu dirasakan berlarut-larut bahkan ada orang yang merasakan itu hingga bertahun-tahun. Akhirnya berdampak terhadap mental dan fisik, seperti tidak mau makan, mabuk-mabukan, trauma untuk berhubungan bahkan sampai ada yang berubah haluan untuk menyukai sesama jenis.

     Seseorang yang memiliki mental kuat akan menganggap patah hati adalah hal yang wajar, kalaupun ia merasakan sensasi itu mungkin tidak lama atau masih bisa dikendalikan. Setidaknya menahan rasa sakit dan tidak mengekspresikan secara berlebihan adalah pilihan terbaik saat itu. Kemudian momen itu dapat ia jadikan pelajaran serta pengalaman berharga untuk memahami rasa sakit agar kita tidak menyakiti orang lain. Ketika kita sudah bisa menerima rasa sakit itu, perlahan kita mulai belajar untuk menjadi dewasa dalam menghadapi hal-hal seperti itu. Bersikap tenang walaupun merasa sakit, berusaha untuk tidak membiarkan orang lain berempati atas rasa sakit yang kita miliki. Kita pun menyadari sekarang atau nanti kita pasti akan merasakan kehilangan orang-orang di sekeliling kita. Jika tidak menyiapkan mental untuk sakit yang lebih pahit, kita tidak akan bisa hidup di ujian berikutnya. Bisa jadi rasa sakit yang kita alami saat ini bukanlah apa-apa, hanya saja ketika tingkat kedewasaan kita sudah berada pada level yang berbeda maka sakitnya pun berkurang.

     Ratusan pukulan yang diterima oleh petinju mungkin tidak berdampak begitu serius karena memang mereka dilatih untuk memukul dan menerima pukulan. Level pukulan yang sama mungkin akan menjadi rasa sakit yang berbeda ketika pukulan itu diterima oleh orang biasa karena dia tidak dilatih untuk itu.


Si Ceroboh Yang Terus Melakukan Kesalahan

     Saya sering memperhatikan bahwa kebanyakan dari film menggunakan karakter utama dengan kepribadian yang naif dan ceroboh tapi keyakinannya melebihi karakter-karakter lain. Sedangkan karakter pendamping yang mendukung karakter utama terdiri dari banyak karakter pemikir yang keren. Pola ini sering terjadi. Khususnya film-film dari negri Jepang dan animenya.

     Orang-orang dengan kepribadian ceroboh atau naif sangat yakin dengan apa yang ia katakan tidak peduli apa halangan yang ada di depan atau bahkan dia memang tidak mau tahu apa yang ada di depan, yang penting jika ia ingin melakukan sesuatu maka harus dilakukan. Dalam hal ini mirip seperti anak kecil yang mau mencoba apapun tanpa tahu rasa sakit yang diakibatkan dari tindakannya seperti menaiki tangga yang sulit, memegang binatang yang berbahaya dan memakan makanan pedas. Sering kita melihat orang tua yang memerahi anaknya karena banyak bertindak ini dan itu, padahal mereka (anak kecil) hanya sedang mencoba hal-hal baru yang mereka temukan, meskipun kebanyakan hal-hal yang berbahaya dan membuat orang tua khawatir. Tapi mereka (anak kecil) membutuhkan pengalaman itu. Mereka hanya belum memiliki banyak pengalaman untuk mengamati setiap tindakan, untuk itulah mereka mencoba-coba. Kecerobohan yang sering mereka lakukan suatu saat akan menjadi pengalaman berharga dari pada tidak mencoba apapun di masa kecilnya.

     Jika kamu termasuk karakter pemikir, kamu akan lebih berhati-hati dalam bertindak dan cenderung ragu-ragu dalam memutuskan sesuatu. Hal itu membuat kita sulit untuk maju karena terlalu banyak pertimbangan untuk melakukan ini dan itu, akhirnya kamu tidak melakukan apa-apa setelah keraguan itu. Kemudian para pemikir itu sering kalah dalam mencapai sesuatu dengan si ceroboh yang selalu yakin akan tindakannya. Dalam hal ini, si ceroboh memiliki peluang lebih untuk berhasil karena mereka tidak pernah menghitung jumlah kegagalan tidak seperti pemikir yang tidak mau gagal. Perlahan, semua tindakan kecerobohan itu menumpuk pada pengalamannya, hingga akhirnya tingkat kedewasaannya mungkin melebihi si pemikir.

     Mungkin jika dulu kita tidak memberanikan diri untuk belajar sepeda di masa kecil, kita akan sangat takut mengendarai motor saat ini, maka berterima kasihlah dengan keberanianmu di masa itu karena telah belajar sepeda saat kecil.


Barisan Pelangi

Satriawan - 9 April 2015


 Perbedaan Persepsi

    James L. Gibson menjelaskan dalam bukunya yang berjudul “Organisasi dan Manajemen Perilaku, Struktur, Proses” bahwa persepsi merupakan proses kognitif yang mana digunakan oleh seseorang untuk dapat menafsirkan serta memahami dunia yang ada di sekitarnya terhadap sebuah objek.

     Kita sering memandang kehidupan yang baik adalah soal mentaati peraturan, berkelakuan baik, sopan santun atau semacamnya. Persepsi itu tidak salah, hanya saja filosofi kehidupan tidak sesempit itu. Belajar tentang kehidupan tidak selalu bertemu dengan guru tetap seperti di sekolah. Pengalaman bisa kita dapat dan kita pelajari dari hal yang mungkin kita anggap remeh seperti anak kecil dan kakek-kakek yang sudah tua. Anak kecil yang memiliki mimpi sangat yakin bahwa suatu saat dia akan menjadi ini dan itu. Hal yang dapat kita pelajari adalah keyakinan dalam mengejar mimpi itu penting dan langkah awal dari mimpi adalah mendeklarasikan mimpi itu ke banyak orang.

     Saat saya hadir pada Masa Orientasi Siswa di Kampus, kami diperkenalkan banyak sosok inspiratif. Salah satu yang membuat saya kaget adalah seorang kakek yang memiliki tujuh gelar dan beliau masih kuliah untuk mendapatkan gelar ke delapan. Saat itu saya tidak peduli apapun motifnya untuk mendapatkan gelar banyak tapi beliau mengajarkan kita bahwa ilmu itu penting tidak peduli berapapun sisa umur yang kita miliki. Bahkan saat kita kuliah untuk mendapatkan satu gelar, banyak hal kita keluhkan dari materi yang sulit hingga skripsi yang tak pernah kelar karena rebahan.

     Dari dua contoh di atas, membuktikan bahwa hal-hal secara umum yang kita sering anggap remeh seperti anak-anak dan seorang kakek dapat memberi pelajaran berharga dibandingkan kita yang merupakan anak muda dengan sejuta harapan. Bahkan kita bisa bertanya pada diri sendiri, hal baik apa yang sudah kita lakukan untuk orang lain atau setidaknya untuk diri sendiri.

     Hidup yang kita jalani sejak kecil sampai hari ini tidak selalu memiliki pengalaman dan latar belakang yang sama sehingga persepsi yang yang miliki belum tentu sama. Saat berbeda pendapat, kita tidak bisa memaksa orang lain untuk menyamakan persepsi mereka dengan persepsi kiat. Yang bisa kita lakukan adalah menerima perbedaan itu. Biarkan pengalaman meluruskan pandangan kita masing-masing. Baik kita ataupun mereka, setelah menjumpai pengalaman berharga yang tepat, persepsi kita yang salah pun akan berubah. Yakinkan pada diri sendiri bahwa apa yang kita ketahui belum tentu diketahui banyak orang, begitu juga sebaliknya mungkin orang lain lebih mengetahui sesuatu dari pada kita sendiri. Perbedaan pengetahuan inilah yang harus kita pahami agar kita bisa menerima persepsi orang lain.


Berdampingan Tanpa Sudut

     Pelangi yang hadir setelah hujan adalah kumpulan warna yang berbaris dengan indah. Warna yang berbeda berdekatan dan membentuk barisan yang nikmat dipandang mata, begitulah Tuhan menciptakan pelangi. Namun apa yang terjadi jika semua warna itu berbaur menjadi satu warna ?. Mungkin jawaban kalian akan sama,

     Seperti pelangi, persepsi setiap orang berbeda tapi perbedaan itu membentuk suatu kehidupan yang unik dan tidak membosankan. Kita tidak perlu memaksakan bagaimana caranya semua persepsi orang dapat berbaur. Selama tujuan mereka adalah sama, mereka bisa membuat barisan indah seperti pelangi. Kita tidak bisa menjamin bahwa hidup ini akan lebih indah jika manusia memiliki satu persepsi. Justru menerima perbedaan inilah yang menjadi jaminan bahwa setiap orang akan hidup dengan berdampingan. Seperti sebuah grup musik, setiap personil bisa mengatakan bahwa permainan musiknya adalah yang terkeren. Selama semua personil menerima pernyataan itu mereka akan tetap menciptakan musik yang indah, selebihnya penonton yang menilai. Jika ada salah satu personil keberatan dengan pernyataan itu, mungkin grup itu bisa bubar hanya karena keberatan atas persepsi yang berbeda itu.


Sumber :

https://www.dosenpsikologi.com/pengertian-persepsi-menurut-para-ahli

Gibson, J.L., 1987, Organisasi dan Manajemen : Prilaku, Struktur, Proses, Penerbit Erlangga, Jakarta


Kenangan Di Kaca Spion

Satriawan - 6 April 2015

 Terjebak Di Masa Lalu

     Melihat album foto dan menyaksikan momen indah yang tercetak di sebuah kertas doff berdimensi persegi memiliki sensasi tersendiri. Sambil tersenyum ketika melihat hal konyol atau hal-hal membahagiakan yang terjadi di masa lalu. Yah, kita bisa merasakan sensasi itu kembali meskipun hanya sedikit tapi tidak bisa merasakan dengan detail perasaan itu. Mungkin beberapa dari kalian menganggap salah satu dari cetakan poto itu adalah momen terindah. Tapi saya hanya ingin mengatakan,”jangan katakan itu lagi”.

     Momen-momen indah yang terjadi di masa lalu memang hal yang paling indah ketika kita mengingatnya kembali, tapi kebahagiaan itu hanya bisa di rasakan di masa lalu, tidak sekarang. Tapi kita bisa mengingat sensasinya. Momen di masa lalu bisa kita nikmati karena kita melakukan sesuatu di masa itu. Saat kalian berpikir bahwa hari itu adalah momen terindah berarti kalian mulai berhenti untuk membuat kenangan bahagia. Hari ini adalah masa lalu bagi masa depan. Kita hanya harus terus membuat cerita hidup yang tidak akan pernah selesai sebelum batu nisan berada di atas kepala kita. Buatlah warisan kebahagiaan untuk penerus-penerusmu. Jangan pernah katakan bahwa dulu aku bahagia, tapi katakan bahwa aku akan terus membuat cerita sampai kebahagiaan itu memuncak menjelang kematian kita.

     Ingatkah saat kita mengingat mantan yang kita anggap kenangan terindah. Satu-satunya bukti bahwa kengangan itu bukan kenangan terindah adalah karena kalian berpisah. Saat kita terlalu mengagumi mantan dan menganggapnya hal terindah yang pernah kita miliki, pikiran kita hanya akan berhenti di masa lalu. Menganggap bahwa tidak ada yang sesempurna dia. Padahal kita hanya belum menemukan.

     Mulai hari ini tanamkan pada diri ini bahwa episode romantis di masa lalu bukanlah klimaks, akan ada episode-episode selanjutnya yang lebih membahagiakan dengan membuat cerita yang melebihi episode sebelumnya. Pastikan bahwa cerita kalian adalah happy ending.

Melihat Ke Belakang Dengan Spion

     Mengendarai motor dengan laju yang kencang membutuhkan konsentrasi yang tinggi, mata kita akan fokus ke depan tanpa menoleh kepada hal yang tidak penting. Kalaupun kita ingin melihat ke belakang kita lebih memilih untuk melihat ke kaca spion agar tetap bisa melaju dengan aman. Kurang lebih begitulah cara kita untuk tetap maju meskipun melihat ke belakang.

     Berlarut-larut untuk mengenang masa lalu itu seperti melihat ke belakang saat mengendarai motor. Kita hanya punya pilihan untuk berhenti atau kita bisa jatuh dari motor. Kaca spion pada motor diciptakan untuk pengendara melihat ke belakang tanpa harus menoleh ke belakang. Sederhana tapi sangat bermanfaat. Umumnya pengendara menggunakan kaca spion untuk melihat objek di belakang dan memasktikan jalurnya aman. Meskipun begitu, jika kamu terlalu lama melihat ke belakang, kamu akan tetap kehilangan fokus untuk melaju ke depan, akhirnya kamu bisa jatuh atau menabrak sesuatu.

     Melihat ke belakang untuk memastikan jalur kita aman adalah pilihan tepat dan memang harus itu yang dilakukan, sesuai dengan prosedur keamanan dalam berkendara. Untuk melangkah ke masa depan yang baik, kita tetap harus mengingat masa lalu. Masa lalu yang indah bisa menjadi mood booster sekaligus memastikan bahwa hidup kita tidak sepahit orang lain dan kita bisa bersyukur setidaknya pernah bahagia. Sedangkan masa lalu yang buruk memastikan bahwa kita harus berhati-hati terhadap hal-hal yang mengakibatkan hal buruk itu terjadi di masa lalu. Kita bisa pelajari agar hal itu tidak terulang lagi. Kedua hal itu bisa kita manfaatkan layaknya kaca spion pada kendaraan asalkan menggunakannya dengan tepat. Karena terlalu lama mengenang masa lalu (indah atau buruk) hanya akan membuat pikiran kita berhenti disitu atau sulit untuk melangkah maju.

     Pikirkan saja apa yang ada di depan jalur, fokus pada tujuan. Tidak perlu melaju dengan cepat yang penting sampai tujuan dengan selamat. Tanpa diberitahu sekalipun kalian sudah memahami jalan serta peraturan yang ada. Lampu merah kita berhenti, ada lubang kita menghindar, ada polisi tidur kita menurunkan kecepatan. Kita bisa pastikan bahwa dalam perjalanan kita hanya menyisihkan sedikit waktu untuk melihat kaca spion.


Memilih Jalan

Satriawan - 25 Juli 2014


Fase Dimana Kamu Membenci Banyak Orang dan Sistem Kehidupan

          Sampai saat ini sudahkah kalian merasa bahwa ada ketidakcocokan antara prinsip hidup kalian dengan sistem kehidupan yang ada. Umumnya saat kita melangkah untuk mendewasakan diri, kita mulai berpikir banyak tentang “hal yang seharusnya” dan yang kalian temukan adalah realita yang tidak sesuai. Di fase inilah kita mulai membenci sistem kehidupan, mulai dari aturan kehidupan, cara berpikir kebanyakan orang dan banyak hal. Pada akhirnya kita akan membenci banyak orang dengan segala perilaku mereka dan sistem yang mereka buat. Hal ini akan memusatkan pikiran kita untuk bertanya “kenapa hidup bisa seperti ini ?”.

     Melihat orang-orang miskin terlantar dan melihat orang kaya yang tertawa lepas. Hati kita tidak bisa menerima begitu saja dan berkata,”inilah hidup”. Melihat tradisi yang kalian anggap tidak masui akal, namun banyak orang tetap melakukan itu dan kita tidak bisa menerima itu dan berkata,”inilah kebudayaan”.

     Di usia kita yang masih muda, emosi kita sering mengalami cuaca ekstrem. Prinsip yang kita pegang adalah hal mutlak. Saat melihat kondisi yang berlawanan dengan prinsip atau keyakinan hidup kita, secara spontan kita akan menolak hal itu. Tidak seperti orang dewasa yang sudah matang, mereka berpikir dengan tenang dan banyak pertimbangan tentang baik dan buruk dari suatu hal, kemudian berpikir jauh ke depan untuk melihat akibat dari suatu perbuatan.

    Sampai saat dimana kita menerima banyak ketidaksesuaian, kita akan terus merasa gelisah tanpa ada jawaban apapun. Perlahan kita akan menerima satu-psatu-persatu jawaban dari semua pertanyaan-pertanyaan itu. Hingga pada akhirnya kita sampai pada titik dimana kita dapat memahami kata dari “inilah hidup”. Kita hanyalah manusia biasa yang hidup untuk menikmati proses kehidupan yang sudah kita pilih. Segala perilaku manusia yang hidup di dunia merupakan pilihan yang mereka buat. Hal paling tepat yang harus kalian lakukan adalah memilih kehidupan seperti apa yang ingin kalian jalani.


Tanggung Jawab Atau Hak Untuk Bahagia

     Memilih jalan hidup adalah langkah untuk mendewasakan diri ke level berikutnya. Dalam perjalanan itu kita memang pasti akan melihat adanya ketidakadilan, sistem yang salah, perilaku buruk dan segala hal yang tidak sesuai dengan prinsip kita. Tidaklah salah jika memilih jalan untuk menjadi seorang revolusioner untuk merubah sistem kehidupan yang ada, dan tidaklah juga salah jika kita memilih jalan untuk fokus pada kebahagiaan karena itu adalah hak kita sebagai manusia.

     Kita tidak perlu berpikir keras mana jalan yang terbaik yang harus kita pilih. Sesekali kita harus membuka hati untuk melihat kenyataan. Lihatlah bahwa kebahagiaan itu menghampiri semua orang begitupun penderitaan tidak mengecualikan siapapun. Kita sering tidak memperhatikan senyuman dari orang-orang hidup di pemukiman kumuh dan tidak memperhatikan kurangnya perhatian dari anak-anak dari orang tua yang banyak uang tapi sibuk bekerja.

     Berpetualang lah meskipun tidak jauh, sekedar untuk melihat sisi lain dari apa yang belum kita lihat. Dengarkan banyak cerita dari berbagai jenis orang yang kita temui. Setiap orang memiliki ukuran kebahagiaannya sendiri, jadi tidak perlu membandingkan si kaya dan si miskin. Jika kita merasa iba dengan seseorang dan kita mampu untuk menolong maka tolonglah, mungkin itu bagian dari tanggungjawab yang kamu miliki. Jika tidak mampu, cukup berpikir perantara Tuhan bukan cuma kamu, Tuhan akan mengirim orang yang cocok untuk menolongnya. Jika ada kesempatan untuk bahagia, ambillah kesempatan itu. Hanya saja perlu kita ingat bahwa hak kita dibatasi oleh hak orang lain.

     Percayalah bahwa jika kita bahagia, kita juga akan memberikan sensasi itu ke orang-orang disekitar kita. Begitupun jika kita hanya protes tentang kehidupan yang tidak akan pernah mencapai kata “benar”, kita hanya akan memprovokasi orang-orang disekitar kita. Fokuskan saja diri kita untuk berbuat kebaikan meskipun hanya sekedar memberikan senyum kepada orang lain.


 

Topeng (Persona)

Satriawan - 27 Juni 2014



Topeng
     Topeng atau bisa kita sebut sebagai persona adalah sisi kepribadian seseorang yang ditujukan kepada dunia (Carl Gustav Jung). Persona tidaklah selalu mewakili kepribadian asli kita. Biasanya kita sering menciptakan topeng kita sendiri untuk kondisi tertentu atau mungkin mengadaptasi kepribadian orang lain untuk kita jadikan topeng. Contoh yang paling jelas adalah saat kita jatuh cinta atau sedang melakukan pendekatan (PDKT), kita sering menciptakan kepribadian yang kita anggap keren atau kepribadian yang disukai oleh pasangan kita sehingga kita tidak menjadi diri sendiri. Nah siapa yang begitu ?. Biasanya pasangan kita komplain setelah menikah dan bilang,”Kamu ga seromantis dulu, kenapa sih ?”. Yah itu pertanyaan mematikan, lebih mematikan dari pertanyaan HRD. 
     Bicara soal persona, hampir semua orang memiliki kepribadian buatan yang tidak mewakili kepribadiannya, tentunya dengan motiv yang berbeda pula. Bisa jadi karena tuntutan keadaan atau memang kamu merasa keren dengan persona itu. Selama itu tidak menghilangkan kepribadian aslimu, ini tidak akan jadi masalah. Tapi yang sering terjadi adalah kita terlalu nyaman dengan persona buatan itu sehingga kita lupa dengan diri sendiri dan orang lain juga merasa nyaman dengan persona itu. 
     Saya pernah membuat sebuah grup band dan saya sebagai gitaris dengan genre rock. Sebagai sebuah grup kita memang paham bahwa kesukaan musik dan style kita berbeda. Tapi kita memantapkan hati untuk setuju pada satu genre. Meskipun saya menikmati saat bermain musik, tapi style dan gaya bermusik tidak membuat kepribadian saya nyaman. Saya tipe kepribadian yang santai dan tidak cocok dengan style rock. Tapi orang-orang disekitar menyukai style kami saat manggung. So, saya mencoba mengikuti kemauan orang lain. Entah ini karena tuntutan atau memang saya nyaman dengan pujian, yang jelas saya tidak bisa berlama-lama dengan karakter itu. 

Karakter Fiksi 
     Takiya Genji, salah satu karakter utama dari film Crow Zero yang di bintangi oleh Oguri Shun, sempat booming di kalangan remaja dengan penampilan yang super kece dan menjadi karakter petarung kuat. Tidak sedikit para remaja yang mengikuti penampilan dan gaya rambutnya. Film ini menceritakan tentang pertarungan antar sekolah, yah kalo di negara 62 kita sebut saja tawuran, namun Crow Zero adalah tawuran versi keren dan enak ditonton. 
     Melihat karakter fiksi dalam film terkadang membuat kita sangat termotivasi untuk mengikuti perilaku dan penampilannya karena di mata orang secara umum karakter itu sangat keren dan memiliki banyak penggemar sehingga kita beranggapan bahwa dengan membuat persona yang mirip karakter tersebut kita juga akan terlihat keren. Yah, tidak salah dan tidak benar juga. Yang jelas saat kita terlalu nyaman dengan persona itu, kita tidak percaya diri dengan kepribadian kita sendiri dan pelan-pelan akan kehilangan karakter asli kita. Hal ini yang membuat kita sulit menemukan jati diri kita sendiri. 

Dia Tidak Lebih Keren
     Saat masih tergabung dalam grup band, saya memiliki teman yang disukai banyak wanita, yah karena memang tampan dan penampilannya juga kece. Beberapa kali saya sering merasa iri meskipun tidak pernah saya ekspresikan. Bisa disebut kita berdua sohib, karena sering kemana-mana bareng. Sesekali juga saya mau mencoba untuk merubah penampilan atau setidaknya bersikap seperti dia supaya bisa populer juga. Tapi ada banyak hal yang saya rasa tidak cocok kalaupun saya meniru dia. Sampai ada momen dimana dia pernah mengatakan bahwa,”gua iri sama lu, apa aja bisa dan gua pengen bisa kaya lu”. 
     Yah memang benar rumput tetangga selalu lebih hijau. Momen itu membuat pikiran saya tidak memperhatikan apa yang dia bicarakan setelah perkataan itu. Saya iri dengan orang yang iri sama saya. Yah lucu tapi ironi. Hehe.
     Sebelum kamu membuat orang lain menjadi pusat ukuran dalam hidupmu, pikirkan sekali lagi. Kita tidak tahu apa yang ada dipikiran orang lain, mungkin dia tidak lebih baik darimu. Kita  terlalu sering melihat satu kelebihan yang kita inginkan tanpa melihat kekurangan di sisi lain. Begitupun ketika kita menilai diri sendiri, terlalu fokus memperbaiki kekurangan tapi tidak melihat kelebihan. Kamu memiliki peran tersendiri dan percaya bahwa kamu itu unik. Tanamkan pikiran bahwa kamu lebih keren dari siapapun setidaknya dalam hal yang kamu kuasai.




https://Sampaikapan.com/persona

Potensi Diri

Satriawan - 13 Mei 2014

 Menyadari Potensi

     Apakah kita dilahirkan dengan bakat tertentu yang sudah menempel sejak lahir atau lingkungan yang membentuk bakat yang kita miliki ?. Kita beruntung ada di zaman dimana ilmu pengetahuan sudah berkembang. Para ahli terdahulu telah banyak melakukan penelitian demi masa depan agar generasi selanjutnya dapat mengungkap lebih lanjut segala hal yang belum diketahui. Dalam hal ini, kita membahas tentang bakat individu dengan mengutip pendapat para ahli sebagai perwakilan dari tiga aliran yaitu Nativisme, Empirisme dan Konvergensi.

     Avram Noam Chomsky seorang ahli Linguistik yang mendukung aliran Nativisme menyatakan bahwa perkembangan individu semata-mata dipengaruhi oleh bawaan sejak lahir, tapi sayangnya teori ini tidak menemukan fakta yang akurat. Berbeda dengan Chomsky, John Locke yang menganut aliran Empirisme berpendapat bahwa perkembangan seseorang semata-mata dipengaruhi oleh faktor lingkungan sedangkan faktor bawaan sangat tidak berpengaruh. Namun realita berkata lain karena ada banyak anak-anak yang lahir dengan segala fasilitas yang ada dan lingkungan yang baik namun tetap mengalami kegagalan sehingga teori ini tidak tahan uji.

     Louis William Stern merupakan tokoh utama dari aliran Konvergensi yang menggabungkan kedua aliran sebelumnya. Aliran ini berpendapat bahwa bakat mungkin telah dimiliki oleh setiap individu namun berkembang atau tidaknya dipengaruhi oleh lingkungan. Teori inilah yang paling logis jika dibandingkan keduanya, karena realita membuktikan bahwa tidak semua anak yang terlahir miskin tanpa fasilitas akan tetap menjadi miskin karena tidak berkembang, begitu juga sebaliknya.

     Dari teori di atas kita dapat membuat kesimpulan dan harus bisa berpikir bahwa tidak perlu mengeluh jika kita memang tidak memiliki fasilitas sebagai sarana untuk mengembangkan potensi yang kita miliki, cukup memfokuskan diri apa yang kita bisa lakukan untuk mengembangkan potensi kita. Tidak perlu terpaku dengan fasilitas yang dimiliki secara umum dan mengikuti tren. Manfaatkan apa yang ada di sekitarmu.

     Dulu, saya punya kebiasaan menghabiskan uang jajan untuk ke warnet. Tapi tidak untuk main game, untuk mempelajari bagaimana membuat blog. Di saat orang lain pergi ke warnet hanya untuk main game, saya menghabiskan waktu selama dua tahun hanya untuk memahami apa itu blog. Bersamaan dengan itu, saya juga belajar banyak tentang dunia internet. Yang saya tahu, saya tidak pernah menyesal karena kehilang sedikit waktu main pada saat itu dan dua tahun itu tidak sia-sia. Sekarang saya paham untuk apa dulu saya melakukan itu. Kita tidak membutuhkan sebuah laptop jika ingin mahir menggunakan laptop, begitu juga saat kamu punya keinginan untuk bisa mengendarai motor, apakah harus punya motor terlebih dahulu ?. Aku rasa tidak, hehe.

     Perhatikan apa yang sering kamu lakukan dan amati setiap kegiatan yang kamu senang saat melakukannya dan berhasil atau kamu PD dengan hal itu. Bisa jadi kamu memiliki potensi yang unik dan tidak kamu sadari. Yang harus kita tahu adalah tidak ada bakat yang tidak berguna, hanya saja kamu belum menemukan waktu dan tempat yang sesuai untuk bakatmu.

Meramal Masa Depan Dengan Mimpi

     Berimajinasi tentang mimpi, kita sering menempatkan diri kita seolah-olah kita sudah mewujudkan mimpi itu. Merasakan sensasi indahnya hidup yang dikagumi banyak orang saat menjadi selebriti, atau membayangkan ada di Turnamen Internasional saat menjadi Gamer E-Sport. Seolah-olah kita sudah melihat masa depan dan meramalkan hal itu. Yah, nikmat sekali. Hal-hal seperti itu yang terbayang ketika kita melihat mimpi yang sudah kita genggam, semakin lama kita membayangkan itu maka semakin kuat mimpi itu kita genggam.

     Saat kita mulai yakin dengan mimpi itu dan merasa bahwa itu realistis, kita mulai melihat ide-ide yang muncul secara tiba-tiba dan merangsang otak menggerakkan tubuh kita untuk menerapkan ide-ide itu. Namun apa yang terjadi ?, kita sering dibantah oleh pepatah-pepatah yang menurunkan mood seperti,”hidup itu keras” atau “menggapai mimpi itu tidak mudah”. Yah, saya hanya bisa mengatakan itu benar. Tapi yang dibutuhkan mimpi bukanlah sebuah kebenaran dan logika. Yang kita butuhkan adalah bahan bakar untuk tetap menjaga mood untuk tetap berada di jalur mimpi yang sudah kita buat. Carilah hal-hal yang dapat membuat mood kamu tetap terjaga entah itu orang yang sering mensupport kamu, atau aktivitas yang dapat memberimu semangat dan hal lainnya. Konsisten menjaga mood untuk terus berada di jalur itu sangat penting, asalkan jangan terlalu ambisius. Seperti kata pepatah, menggenggam pasir sangat kuat hanya akan menjatuhkan pasir itu kan.

Menemukan Jalur

     Percaya atau tidak saat kamu mulai berkhayal tentang cita-cita, setidaknya ada gambaran apa saja yang kamu butuhkan dan harus dilakukan. Ide-ide itu akan membentuk jalur, mungkin kita tidak bisa langsung melihat garis finish pada jalur itu, tapi kita bisa memastikan bahwa jalur-jalur itu terbagi ke dalam beberapa tahap dan hanya kamu yang dapat memastikan itu. Saat itulah kalian sedang menyusun takdir kalian sendiri. Selesai atau tidak, melenceng atau tidak, kalian lah yang memutuskan.

     Kamu adalah pemeran utama dalam skenario yang masih berbentuk naskah itu. Jika Tuhan sudah acc maka kamu akan mudah untuk mencapai itu. Akan tetapi jangan pernah kecewa jika jalurmu tiba-tiba berubah untuk suatu alasan yang mungkin lebih penting dari pada mimpimu itu sendiri. Kita hanya harus berpikir bahwa naskah kita sedang di revisi oleh Tuhan, mungkin ada beberapa jalur yang tidak tepat atau tidak kamu butuhkan dan sebagai gantinya Tuhan menyiapkan jalur lain yang tetap terhubung ke garis finish. Di momen ini kita sering beranggapan bahwa kita gagal, kemudian berprasangka buruk pada Tuhan dan godaan untuk menyerah mulai berdatangan. Di titik inilah banyak orang yang kehilangan mimpinya, padahal Sang Produser (Tuhan) hanya sedang merevisi sedikit naskah yang kita susun agar skenario jadi lebih berkualitas untuk kamu ceritakan pada anak-anakmu nanti atau setidaknya sebagai warisan hidup untuk dipelajari oleh anak-anakmu.


Sumber :

Baharuddin, 2010, Pendidikan dan Psikologi Perkembangan, Meita Sandra, Ar Ruzz Media, Yogyakarta


Frekuensi Pertemanan

Satriawan - 6 Mei 2014


Satu Frekuensi
     Apakah kamu pernah merasa bahwa kamu tidak pernah cocok berteman dengan siapapun atau kamu pernah berpikir bahwa orang yang benar-benar kamu anggap sebagai teman hanya bisa dihitung dengan jari. Itu bukan salahmu, juga bukan salah mereka yang memang tak cocok denganmu. Hanya saja mungkin kalian tidak satu frekuensi. Apasih maksudnya satu frekuensi ?.
     Saat kita bertemu seseorang yang memiliki kesamaan dengan kita seperti hobi yang sama, kesukaan yang sama, atau bahkan perilaku yang sama akan membuat sensasi tersendiri untuk membuat kita nyaman berada di dekatnya. Saat berkomunikasi, banyak hal yang membuat isi pembicaraan begitu nyambung, dari sini kita sebut pertemanan satu frekuensi.
      Dalam bergaul kita sering membuat sebuah “image” agar orang lain menilai bahwa kita itu orang baik, keren atau gaul. Tapi yang terjadi adalah “image” itu tidak sampai kepada mereka, bahkan “image” yang kamu buat hanya seperti angin di laut, lewat tapi tak nampak. Biasanya ketika kita sedang membuat image di hadapan orang lain, kita cenderung tidak menjadi diri sendiri dan itu yang menjadi penilaian banyak orang bahwa pertemanan bukanlah sebuah kompetisi dan memang tidak ada nilai yang melekat pada setiap individu. Hal itu akan membuat frekuensi lmu menjadi buram dan membuat orang lain mengabaikanmu. Jadi tidak perlu melebihkan atau mengurangi karakter yang sudah kita miliki. Dalam satu kelompok pertemanan, kita sering melihat ada banyak varian tipe orang seperti humoris, ada yang pintar, ada yang konyol dan seterusnya. Mereka menempati posisinya masing-masing tanpa melebihkan atau mengurangi nilai yang mereka punya sebab varian itu lah yang membuat sebuah pertemanan menjadi lebih berwarna. Jika kalian memang pernah melihat sebuah kelompok yang isinya orang-orang tampan dan keren. Yah mungkin itu boyband dan jika semuanya cantik mungkin itu girlband. Meskipun memang pasti ada setidaknya satu dari sekian banyak kelompok pertemanan yang isinya memang orang-orang tampan, itu hanya kebetulan dari apa yang kita lihat tanpa memperhatikan varian asli yang mereka punya.
     Terkadang kita sendiri secara tak sadar membawa imajinasi film tentang persahabatan ke kehidupan nyata sehingga diri kita sering menuntut persahabatan yang indah dengan sedikit kekurangan. Di sisi lain, kita tidak pernah introspeksi diri mengapa kita sulit mencari frekuensi yang sama.

Menemukan Frekuensi Yang Tepat
     Menilai karakter dan sifat seseorang tidak akan pernah menemukan ukuran yang sama selama orang-orang yang menilai memiliki persepsi yang berbeda. Kamu bisa saja mendeklarasikan pernyataan bahwa kamu adalah pendengar yang baik, tapi orang-orang yang tidak menyukaimu belum tentu setuju atau mereka yang tidak tahu tentang dirimu juga tidak setuju.
     Jika kamu menyadari bahwa kamu mengerti tentang konsep dari frekuensi pertemanan, maka kamu lah yang mencari frekuensi itu. Tidak perlu menunggu orang lain mengerti barulah kamu menerima frekuensi itu, karena pada dasarnya lebih banyak dari kita yang ingin dimengerti dari pada harus mengerti orang lain. Saat kamu tahu bahwa orang lain tidak bisa memahami dirimu, maka kamu lah yang memahami orang itu. Saling menunggu untuk menerima sinyal bukanlah konsep yang tepat untuk suatu hubungan. Seperti SMS, tidak mungkin kedua nomor telepon hanya menunggu salah satu untuk menerima pesan. Setidaknya ada salah satu nomor yang mengirim dan satu sebagai penerima. Jadi, saat kamu merasa bahwa kamu sudah cukup dewasa untuk mengerti orang lain, maka jangan memaksakan diri untuk bersikap egois serta beranggapan bahwa,”aku juga ingin dimengerti”.
     Saya jadi teringat kata Paman Ben pada film Spiderman,”Kekuatan yang besar untuk tanggung jawab yang besar”. Saya sangat suka dengan kalimat itu. Makna ini sangat dalam, kita sering mengaku bahwa kita sudah dewasa dan di sisi lain kita menolak untuk mendapat tanggung jawab lebih. Di saat kamu merasa bahwa tingkat kedewasaan yang ada pada circle kamu tidak sesuai dengan kedewasaanmu, yasudah kamu yang harus mengerti mereka, tidak perlu memaksakan mereka untuk mengerti kamu. Tidak perlu merasa rugi, dan nikmati saja peranmu.