![]() |
Satriawan - 23 Agustus 2015 |
Hal pertama yang kita pikirkan tentang menjalin suatu hubungan pasti hal-hal indah yang akan kita lakukan nanti seperti malam mingguan, romantis-romantisan, telpon-telponan, liburan bersama, yah banyak lah pokoknya. Dan tidak mungkin juga kita mengharapkan adanya beban pikiran saat menjalin hubungan. Meskipun kita pasti tahu bahwa setiap hubungan punya rintangannya masing-masing dan kita sudah tahu dari awal. Tapi rintangan itu tidak akan berarti ketika kita membayangkan yang indah-indah terlebih dahulu. Iya kan.
Bagi penggemar drama khususnya Drakor, pasti sering memperhatikan bahwa cinta memiliki energi tersendiri. Energi itu mampu memodifikasi batas kemampuan seseorang untuk melampaui batasan kemampuannya. Percaya atau tidak, itu memang terjadi. Kita ambil contoh, saat kita bermain sepak bola (bagi cowok), kita akan mendapatkan energi lebih atau sangat bergairah untuk bergerak saat ada doi lagi nonton. Pasti pernah dong. Atau bisa juga sebaliknya, emosi kita tidak bisa dikontrol akhirnya gugup jadi salting (salah tingkah). Itu berarti bahwa setiap hubungan yang kita jalani, kita berharap adanya hal positif yang dapat kita rasakan. Termotivasi untuk tetap menjalani hidup yang membosankan atau mengisi kekosongan karena kita adalah penyendiri.
Beda lagi ceritanya jika kita memiliki hubungan namun seperti beban dalam hidup. Salah satunya adalah ketika cinta kita bertepuk sebelah tangan atau kita yang terlalu berlebihan mencintai seseorang. Saat kita terlalu ambisius terhadap seseorang, kita cenderung posesif sama si doi dan membuatnya tidak nyaman. Baik dari kamu ataupun dia akan menganggap bahwa hubungan ini adalah beban yang selalu mengganggu pikiran. Jika ini diteruskan dengan waktu yang lama tanpa ada perubahan maka hal itu akan jadi tekanan yang mempengaruhi kesehatan pikiran. Kalian harus sadar bahwa hubungan yang tidak memberikan dampak positif dan memberikan semangat hidup sudah tidak bisa lagi disebut dengan cinta. Menderita dalam cinta bukanlah hal wajar jika terjadi untuk waktu yang lama. Maka buatlah keputusan bahwa ada yang harus berubah dari hubungan itu atau memang sudah waktunya ganti season (dia bukan jodoh yang tepat).
Menikmati Proses
Kita menyadari bahwa hubungan tidak selalu soal merasakan sensasi bahagia. Akan selalu ada konflik baik yang terjadi karena konflik dari kedua pihak ataupun dari pihak luar. Mau tidak mau kita harus melewati fase itu untuk tetap bertahan dengan hubungan yang sedang kita jalani. Saat kamu memutuskan untuk bertahan dalam hubungan yang penuh konflik maka nikmati proses itu, ubah konflik-konflik itu menjadi sebuah tantangan untuk menjadikanmu orang yang lebih dewasa. Pastikan bahwa kamu tidak melarikan diri dari masalah-masalah itu. Saat kamu melarikan diri dari suatu konflik, saya bisa pastikan pola itu akan terulang suatu saat. Maka yang harus kamu lakukan adalah menyelesaikannya.
Jangan pernah menyesal dengan perjuangan berat yang kamu lakukan untuk menyelesaikan masalah-masalah di masa lalu bersama orang yang kamu sayangi atau bahasa sederhananya “menjaga jodoh orang lain”, kamu tidak perlu merasa rugi dengan hal itu. Berterima kasihlah kepada Tuhan karena memberikan pengalaman berharga setidaknya untuk bekalmu menuju hubungan selanjutnya karena bisa jadi hubungan kamu di masa depan ada pada level yang berbeda dan melebihi apa yang kamu bayangkan.
Saat dewasa nanti, kamu akan memetik apa yang kamu lakukan di masa lalu. Tidak ada usaha yang menipu hasil kecuali kamu bunuh diri setelah Tuhan memutuskan bahwa kamu akan bahagia besok. Yah tidak ada yang tahu, kita hanya harus berusaha melakukan yang terbaik. Tidak peduli siapa yang akan jadi jodohmu nanti, sikapmu kepada pasanganmu yang sekarang menentukan baik dan buruknya hubungan dengan jodohmu nanti.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar